This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Pages

Kamis, 25 Januari 2018

Madrid Musim Ini Bak Roller Coster, Ada Apa?


Musim 2017/2018 bak seperti roller coster bagi Real Madrid. Sukses besar di musim lalu dengan merengkuh gelar Liga Champions ke 12 serta trofi La Liga menjadikan Real Madrid dicap sebagai klub terbaik sejagat. Bahkan yang lebih istimewa, Madrid menjadi tim pertama sejak era Liga Champions yang mampu memenangkan dua kali berturut-turut trofi si kuping besar tersebut yaitu pada tahun 2016 dan 2017. Hal tersebut menyeret para pemain dan pelatihnya mendapatkan berbagai penghargaan bergengsi. Cristiano Ronaldo dinobatkan sebagai pemain terbaik oleh UEFA serta mendapatkan anugrah sebagai pemain terbaik dunia oleh majalah kenamaan Perancis, France Football yang dibuat dalam tajuk penghargaan Ballon d’Or. Penghargaan itu merupakan tofi Ballon d’Or kelimanya sehingga menjadikan CR7 menyamai pencapain Lionel Messi yang telah berhasil meraih lima trofi Ballon d’Or juga. Federasi tertinggi dunia, FIFA pun tidak ketinggalan memberikan penghargaan kepada Ronaldo sebagai pemain terbaik dunia. Setali tiga uang dengan Ronaldo, pelatih Real Madrid Zinedine Zidane juga mendapatkan penghargaan sebagai pelatih terbaik baik dari UEFA, France Football maupun FIFA sehingga lengkaplah sudah kesuksesan Real Madird di musim lalu.
Namun, kesuksesan yang diraih di musim lalu nampaknya tidak menular di musim ini. Real Madrid bahkan dianggap telah gagal dalam usahnya mempertahankan trofi La Liga. Yang terbaru, Madrid tersingkir dari Copa del Rey oleh klub papan tengah Spanyol, Deportivo Leganes. Ironisnya adalah kekalahan dari Leganes tersebut terjadi di markas mereka sendiri, Santiago Bernabeu. Bahkan pada pertandingan leg pertama, Madrid sudah unggul 1-0. Namun apa daya, Leganes mampu membalikkan keunggulan Madrid sehingga menyudahi pertandingan dengan skor 2-1. Meski secara agregat sama, tetapi Leganes berhak lolos berkat aturan gol away yang menjadikan Leganes mencetak sejarah untuk pertama kalinya mampu lolos ke semifinal Copa del Rey.
Kemunduran Real Madrid musim ini disebabkan kareana beberapa hal, diantaranya:
Blunder transfer
Secara mengejutkan di musim ini, Zidane mendepak beberapa pemain kunci Madrid yang musim lalu menjadi andalan. Diantaranya adalah Alvaro Morata yang pindah ke Chelsea, James Rodrigues ke Bayern Munchen, PEPE ke Besiktas, Danilo ke Manchester City, serta wonderkid Mariano Diaz ke Lyon. Ironisnya, pemain-pemain Madrid yang dilepas tersebut justru mampu bersinar di klub barunya masing-masing. Zidane seolah membuat blunder besar dengan melepas para pemain tersebut.
Kebijakan transfer Zizou yang lebih memilih mendatangkan para pemain muda timbang pemain bintang seolah sebuah kesalahan baginya. Para pemain anyar yang didatangkan di musim ini tidak mampu berbuat banyak dalam membantu Madrid mengulang kesuksesan musim lalu. Sebagai contohnya Dani Ceballos, pemain yang ditransfer dari Real Betis ini diplot sebagai pengganti James yang hengkang. Namun faktanya, Dani tidak mampu menunjukkan aksi yang impresif seperti yang ditunjukkan di timnas Spanyol U-21. Alhasil, Ceballos pun hanya menjadi penghangat bangku cadangan. Begitu juga dengan Theo Hernandez, pemain berusia 20 tahun ini diproyeksikan sebagai pelapis Marcelo di bek kiri. Diharapkan mampu memberikan persaingan pada Marcelo akan tetapi jauh dari sebaliknya. Alih-alih memberikan persaingan, Theo tidak mampu menggoyahkan posisi Marcelo di bek kiri sehingga bangku cadangan hanya menjadi singgasana baginya.
Berbeda dengan pemain yang dilepas oleh Zidane, Morata misalnya menjadi andalan di lini depan skuad asuhan Antonio Conte. Bahkan sejauh ini Morata mampu mencetak 10 gol dan 4 assist di Premier League. Bandingkan dengan musim ini, Madrid kesulitan mencetak gol yang mengharuskan mereka rela berada di posisi klasemen 4 La Liga. Pun demikian dengan Mariano Diaz yang mampu mencetak banyak gol di Lyon dan menjadi striker utama mereka. James mampu mengantarkan Bayern menempati posisi atas klasemen Bundesliga, juga Danilo yang juga mengantarkan timnya berada di posisi atas, serta PEPE yang mampu menjadi pemian kunci klub liga Turki, Besiktas.
Nampaknya Real Madrid juga tidak akan merombak skuadnya dalam waktu dekat ini. Hal ini diutarakan oleh Zidane yang tidak akan membeli pemain anyar di bursa transfer musim dingin ini. Presiden Real Madrid sebenarnya sudah geram dengan kebijakan transfer yang dilakukan Zidane. Ya, Florentino Perez memang terkenal sebagai presiden yang menggalakkan proyek los galacticos atau menumpuk banyak pemain bintang nan mahal di klub. Hal ini telah dilakukan oleh Perez dalam beberapa tahun belakang. Cristiano Ronaldo, Kaka, Gareth Bale, adalah beberapa pemain yang dibeli mahal oleh Perez dalam memuhi ambisinya. Namun nampaknya, kedatangan Zidane seolah menghapus kebijakan tersebut. Zidane lebih menginginkan Madrid diisi oleh para pemain muda. Bahkan hal ini sempat menjadikan gosip kalau Zidane sedang berseteru dengan Perez.

Bernabeu yang tidak lagi angker
Musim ini seolah menjadi musim yang mengecewakan bagi Madrid. Real Madrid harus puas berada di posisi 4 klasemen La Liga dengan tertinggal 19 poin dari pemuncak klasemen Barcelona meski Madrid masih memiliki satu tabungan pertandingan nampaknya akan sangat sulit bagi Madrid untuk mengejar Barcelona yang musim ini begitu tampil perkasa. Real Madrid juga harus puas tersingkir dari gelaran Copa del Rey setalah kandas di tangan Deportivo Leganes dengan skor 2-1 (2-2 agg). Ironisnya, kekalahan tersebut terjadi di markas mereka, Santiago Bernabeu.
Bernabeu di musim ini seolah sudah tidak memiliki keangkeran bagi lawan-lawan yang datang ke stadion tersebut. Tercatat Madrid sudah mengalami 3 kekalahan di markas mereka. Rincinya adalah 2 di La Liga setelah takluk dari Barcelona dengan skor telak 3-0 dan 1-0 dari Villareal, serta yang terbaru kalah dari Alaves dengan skor 2-1 di ajang Copa del Rey.  Bandingkan dengan musim lalu, Madrid begitu perkasa ketika bermain di kandang sehingga mampu menggondol juara La Liga.

Tumpul di lini depan
Kepergian Morata ke Chelsea dan Mariano Diaz ke Lyon adalah sebuah kerugian besar bagi Madrid. Praktis Madrid hanya memiliki penyerang Karim Benzema dan pemain muda Borja Mayoral. Performa Benzema musim ini sangat mengecewakan, sering diganggu cedera mengakibatkan performanya kurang maksimal di musim ini. Sejauh ini Benzema baru mencetak 2 gol di La Liga, sangat buruk untuk ukuran striker sekaliber Benzema. Bahkan karena performanya yang mengecewakan, Zidane sering membangku cadangkan dia dan menarik Ronaldo untuk menjadi striker tunggal. Pun demikian dengan Mayoral yang hanya mampu mencetak sebiji gol di La Liga, praktis lini depan Madrid musim ini minim akan jumlah gol.

Trio BBC telah habis
            Trio BBC, Benzema, Bale, Cristiano sempat menjadi salah satu trio yang menakutkan di Eropa. Ketiganya bahu membahu membawa Madrid meraih trofi demi trofi dalam beberapa tahun belakangan. Namun nampaknya, trio tersebut seolah telah habis dan memasuki masa kadaluwarsa. Mereka sudah tidak lagi sering tampil bersama-sama seperti ketika masih jayanya.
            Karim Benzema di musim ini performanya jauh dari harapan. Sempat menjadi salah satu striker terbaik di Eropa, pemain berpaspor Perancis ini seolah sudah tidak lagi memiliki ketajaman di lini depan. Tercatat di musim ini Benzema hanya tampil sebanyak 13 kali di La Liga, 1 kali di Copa, dan 3 kali di Champions. Jika di total secara keseluruhan dari ketiga kompetisi tersebut, pemain yang idektik dengan kepala plontos ini hanya mencetak 5 gol. Sebuah hal yang sangat mengecewakan tentunya.
            Setali tiga uang dengan Bale, musim ini performa Bale lebih sering berkutat dengan pemulihan akibat sering diganggu cedera. Meski dalam beberapa laga terakhir Bale kembali tampil dan mampu mencetak gol, namun agaknya hal tersebut sudah terlanjur telat melihat posisi Madrid yang tertinggal jauh dari klasemen sementara La Liga. Absennya Bale menjadikan trio BBC sering tidak tampil dengan formasi lengkap. Di La Liga, Bale baru tampil sebanyak 9 kali tetapi mampu mencetak 6 gol sejauh ini. Bayangkan seandainya tidak diganggu cedera, mungkin nasib Madrid berkata lain.
            Nama terakhir dari susunan trio BBC adalah Cristiano Ronaldo. Pemain yang tahun lalu dinobatkan sebagai pemian terbaik sejagad ini gagal total di musim ini. Pemain berusia 32 tahun ini seolah sudah kehilangan daya magisnya seperti yang ia tunjukkan dalam beberapa tahun belakangan. Pemian asal Portugal ini hanya mampu mencetak 6 gol di La Liga, serta 9 gol di UCL dan belum sekali pun tampil di Copa del Rey. Ronaldo adalah mesin gol utama Madrid dalam beberapa tahun silam, namun sayang agaknya Ronaldo sudah memasuki usia uzur setelah tidak mampu membawa Madrid pada performa terbaik musim ini.

Skuad lapis yang compang
            Ketika trio BBC tidak tampil dengan formasi lengkap, ada beberapa pemain yang mengisi posisi tersebut. Diantaranya adalah Asensio, Lucas Vasquez, Isco, serta Mayoral. Namun sayang mereka tidak mampu menggantikan peran yang ditinggalkan oleh salah satu dari BBC. Asensio, pemain yang sempat menjadi buah bibir ketika di awal musim mampu mencetal gol sensasional ke gawang Barca dalam ajang Super Cup Spanyol ini seolah melempem performanya. Pun demikian dengan Lucas, Isco, serta Mayoral yang performanya setali tiga uang dengan Asensio. Mereka tidak mampu menjadi harapan pelatih Zinedine Zidane dalam mengemban tugas sebagai pemian pengganti.
            Skuad lapis Madrid musim ini memang diisi oleh para pemian muda, sehingga dengan masih minimnya jam terbang pemian tersebut menjadikan skuad Real Madrid antara tim inti dan cadangan menjadi compang. Kualitas antara tim inti dan cadangan terlihat jauh berbeda kualitasnya. Hal ini apabila tidak segera diatasi oleh tim pelatih akan berdampak buruk bagi posisi Madrid di klasmen La Liga. Madrid hanya terpaut 1 poin dari zona Liga Europa dan apabila tidak ada perubahan sampai akhir musim, bukan tidak mungkin Madrid akan terlempar dari zona Liga Champions dan harus rela bermain di Liga Europa.

            Well, meski Real Madrid sejauh ini tampil minor namun Madrid tetap dianggap sebagai klub yang mampu bangkit dari situasi sulit. Masih menyisakan beberapa pertandingan di La Liga serta Liga Champions melawan PSG, Madrid harus kembali pada performa terbaik jika tidak ingin mengakhiri musim dengan tangan hampa. Semoga lekas bangkit Madrid...     
        

Rabu, 24 Januari 2018

Gracias Masche


Barcelona resmi mengumungkan Javier Mascherano akan pindah ke klub liga Tiongkok, Hebei China Fortune Rabu (24/1). Dengan bandrol yang disinyalir mencapai 10 juta euro, Mascherano akan bereuni dengan mantan pelatihnya di klub River Plate dan juga Manchester city Manuel Pellegrini serta kompatriotnya di timnas Argentina Ezequel Lavezzi. Sebuah kehilangan besar tentunya bagi Barcelona mengingat jasa dan dedikasi Mascherano yang begitu besar sehingga mengantarkan Barcelona meraih kesuksesan besar dalam beberapa tahun ini. Pemain yang pernah memperkuat Liverpoll sebelum bergabung ke Barcelona pada tahun 2010 ini telah suskes merengkuh total 18 trofi berbengsi selama berkarir di klub Catalan.
Barcelona pun mengadakan seremoni untuk melepas kepergian Mascherano yang bertempat di auditorium stadion Camp Nou dan dihadiri oleh presiden klub Josep Maria Bartomeu serta seluruh pemain Barcelona pada Rabu (24/1). Mascherano memang dikenal sebagai sosok pemain yang totalitas memberikan segalanya pada klub yang dibela. Mascherano juga merupakan pemain yang dikenal memiliki jiwa kepemimpinan dan menjadi panutan bagi pemain-pemain Barcelona lainnya, tidak heran dia didapuk mengemban ban kapten Barca meski sebagai kapten ke-empat. Banyak pemain Barca yang memang mengagumi sosok pemain berusia 33 tahun ini berkat segala apa yang telah diberikan pada klub meski dia bukanlah sosok yang berasal dari akademi Barcelona itu sendiri.
Ucapan perpisahan pun berdatangan dari mayoritas pemain Barca lewat akun media masing-masing. Yang terbaru Lionel Messi yang merupakan kompatriotnya di timnas Argentina tak kuasa memberikan ucapan perpisahan yang menyayat hati yang dia tuangkan dalam akun Instagram pribadinya. Ucapan teresebut berbunyi “untukmu Masche, setelah kita melewatkan banyak pertandingan dan momen bersama, ada banyak kata yang ingin saya ucapkan kepadamu. Kamu tahu aku akan sangat merindukanmu. Akan sangat aneh ketika aku masuk ke ruang ganti dan tidak ada kau yang duduk di sampingku. Namun kita akan saling berjumpa lagi di tim nasional segera. Peluk hangat untukmu, saya berdoa’a semoga kau sukses”.
Ucapan kekaguman sekaligus perpisahan tidak hanya berasal dari pemain Barca tetapi juga dari mantan pemain Barca yag juga legenda Barcelona, Carles Puyol untuk pemain bernama lengkap Javier Alejandro Mascherano dan lahir di San Lorenzo, Santa Fe, 8 Juni 1984 ini. Lewat akun Instgramnya Puyol menulis “terimah kasih temanku atas keahlian dan caramu memahami olahraga. Ketika aku pensiun, aku tahu aku meninggalkan pertahanan Barcelona ke tangan orang yang tepat (Mascherano). Aku berharap yang terbaik untukmu #ThankYouMasche”. Akun media Barcelona secara khusus juga memberikan tribute pada Mascherano. Salah satunya twitter Barcelona yang secara khusus memberikan ciutan yang berisi perpisahan Mascherano dengan Barcelona. Bahkan Barcelona membuat video khusus yang berisi 14 hal yang tidak boleh dilupakan dari Mascherano, diantaranya adalah:
Commitment
Mascherano datang dari Liverpoll ke Barcelona pada tahun 2010 dan sejak itu langsung menuai sukses besar selama berseragam blaugrana. Dibawa pelatih jenius Pep Guardiola, Mascherano lansung memberikan 2 gelar prestisius sekaligus yaitu liga Champions dan La Liga pada masa debutnya bahkan di partai final Liga Champions Mascherano tampil sebagai starter selama 90 menit. Menurut informasi Mascherano pernah berkesempatan untuk hengkang dari Barcelona pada saat kontrak awalnya akan habis, namun Mascherano berkomitmen untuk memperbarui kontraknya hingga akhirnya sekarang saatnya telah tiba untuk meninggalkan Barcelona. Seperti dikutip Squawka, Mascherano telah memainkan 203 laga bersama Barca di berbagai ajang.    
Bravery
Sejak perubahan posisi dari gelandang menjadi bek, mascherano dikenal sebagai bek yang lugas dan berani namun tetap bermain bersih tanpa harus melakukan pelanggaran keras. Mascherano berani berduel udara meski postur tubuhnya tidak ideal untuk seorang bek bahkan harus sampai kepalanya harus berdarah-darah pada pertandingan final Copa del Rey (27/5/2017) melawan Depotivo Alaves hingga akhirnya harus ditandu keluar dan tidka bisa melanjutkan pertandingan meski baru bermain 11 menit.
Companionship
Pemain yang identik dengan nomor punggung 14 ini memang dikenal sebagai pemian yang tidak membedakan satu sama lain. Sehingga banyak pemain yang berkawan dengannya karena ia merupakan pemian yang ramah. Bahkan meskipun ia merupakan sosok yang senior di tubuh Barca ia tidak ragu membantu para pemain junior Barca dalam mengembangkan permainannya.
Leadership
Selama pertandingan, Mascherano sering memimpin rekan-rekannya untuk terus fokus dan bekerja keras selama pertandingan. Tidak hanya di lapangan, Mascherano juga pemimpin di ruang ganti Barca. Selama jeda babak pertama pertandingan misalnya Mascherano juga merupakan pemain yang meberikan motivasi dan semangat pada rekan-rekannya. Jiwa kepemimpinan Mascherano yang begitu besar sehingga para pemian Barca tidak ragu mendaulatnya sebagai salah satu kapten tim. Ya, sejak kepergian Xavi Hernandez pada 2015, Mascherano didaulat mengemban ban kapten ke-empat Barcelona.
Work
Sejak kedatangannya dari Liverpoll ke Barcelona, Mascherano memang berusaha bekerja keras dalam latihan untuk bisa cepat beradaptasi dengan gaya permainan Barca. Alhasil baru semusim bermain di Barca, Mascherano sudah menjadi pemian inti di Barcelona. Perubahan posisi dari gelandang bertahan menjadi bek tengah hasil intruksi mantan pelatih Barcelona Pep Guardiola tidak menjadikannya mundur, ia malah sukses besar setalah bertransformasi menjadi bek hingga saat terakhir ia berseragam Barca ini.
Dedication
Tidak hanya Puyol yang mengagumi dedikasi Mascherano, Xavi Hernandez pun tak ketinggalan memberikan kekagugaman atas dedikasi yang telah diberikan pada klub. Lewat video yang ditayangkan pada saat seremoni perpisahan pada Rabu kemarin, Xavi berkata “Javi! Machine! Aku hanya ingin mengucapkan terimahkasih kepadamu atas segala apa yang telah kau berikan pada klub. Aku rasa kamu adalah salah satu contoh yang luar biasa selama menjadi kompatriotku dan sebagai seorang profesional. Aku pikir, banyak pemain luar negeri yang datang ke Barca harus menjadikanmu sebagai contoh dan panutan, bagaimana kamu beradaptasi dan menandai yang telah kau tunjukkan pada ruang ganti, di atas segalanya, atas level individuon. Dan tentunya, atas level professional juga. Aku pikir kamu telah mengatur contoh di semua area. So, aku tidak berharap apa-apa selain yang terbaik. Kamu tahu betapa aku mencintaimu, kamu memulai petualangan baru pada hidupmu, dan aku yakin akan banyak kesuksesan menyertaimu. Aku juga ingin mengatakan ini adalah titik kebanggaan dan kesenangan untuk berbagi begitu banyak hal denganmu dan telah bermain bersamamu. Pelukan yang sangat besar dan semoga sukses bagimu”.
Sacrifice
Pengorbanan besar Mascherano pada Barca memang begitu besar. Demi memberikan kado indah pada mantan pelatih Barca 16/17 Luis Enrique yang diakhir musim akan meninggalkan Barca, Mascherano sampai rela berdarah-darah. Barcelona di musim 16/17 memang berpeluang meraih trofi Copa del Rey, pada pertandingan final melawan Deportivo Alaves Mascherano turun sebagai starter namun pada menit 11 Mascherano bertabrakan dengan pemain Alaves hingga berdarah. Mascherano pun harus ditarik keluar dan digantikan oleh Andre Gomes.
Personality
Pemain yang identik dengan kepala plontos ini memang memiliki kepribadian yang patut dijadikan panutan bagi pemaian Barca. Selama latihan tim, ia merupakan pemain yang tidak pernah telat datang latihan bahkan datang paling dulu dibandingkan pemain lain. Sehingga para pemian Barca pun kagum pada kepribadiannya.
Example
Seperti yang sudah diutarakan oleh Xavi bahwa Mascherano memang layak dijadikan contoh dan panutan bagi setiap pemain, hal tersebut memang benar adanya. Mascherano adalah sebuah simbol akan panutan bagi pemain Barca utamanya para pemian muda yang sedang menitih karir profesional. 
Security
Pemain yang mencetak satu gol melalui titik putih selama 8 tahun karirnya di Barca ini memang kunci utama dari solidnya pertahanan Barca dalam beberaa tahun ini. Sejak bertransformasi dari gelandang bertahan menjadi bek, Mascherano selalu menjadi pilihan utama dalam mengawal lini belakang Barca. Bersama tandemnya di lini belakang, mereka bahu membahu menahan setiap serangan lawan dan tentunya memberikan rasa aman bagi penjaga gawang Barca. Menurut Squawka, selama membela Barca Mascherano telah memenangkan 560 tekel sukses dengan presentase 80%, 452 intersep, 432 clearences, dan 215 blok. 
Sincerity
Sebagi pemain senior dan masih memiliki kemampuan yang bagus, Mascherano rela hanya duduk di bangku cadangan pada musim ini. Dibawa pelatih anyar Ernesto Valverde, Mascherano memang jarang diturunkan sebagai starter di musim ini. Dia rela tempatnya diambil alih oleh Samuel Umtiti yang memang diproyeksikan sebagai bek masa depan Barca. Selain itu pada masa kepelatihan Guardiola, Mascherano juga rela berpindah posisi dari posisi favoritnya. Guardiola memaksa Mascherano menjadi bek tengah meski is sebenarnya berposisi sebagai gelandang bertahan. Akan tetapi justru Mascherano menuai sukses besar dengan menjadi bek tengah.
Character
Karakter Mascherano adalah lugas dan tegas selama memimpin rekan-rekannya berlaga. Akan tetapi Mascherano juga dikenal ramah dan suka bercanda pada para pemain Barca. Selain itu juga Mascherano memiliki jiwa pemimpin dan layak dijadikan contoh bagi para pemain Barca lainnya. Hal tersebut sudah diakui oleh para pemian Barca bahkan mereka yang sudah tidak berseragam Barcelona.
Intelligence
Mascherano memang memiliki kecerdasan dalam membaca situasi permainan di lapangan. Hal tersebut juga diakui oleh entrnador Barcelona saat ini, Ernesto Valverde. Seperti dikutip laman bola.net, Valverde mengatakan bahwa Mascherano bisa melihat bagaimana dia berpikir, dia memahami permainan dan bahkan menyebut Mascherano hampir seperti seorang pelatih ketika sedang bermain. Valverde juga menawari Mascherano untuk menjadi salah satu staff pelatih setelah pensiun.
Succes
Pemain yang dijuluki El Jefecito atau bos kecil ini memang menuai sukses besar setelah pindah ke Catalan. Total 18 trofi bergengsi dia persembahkan untuk Blaugrana. Diantara trofi yang sudah dimenangkan selama membela Barca adalah:
4x La Liga, 4x Copa del Rey, 3x Spanish Super Cup, 2x UEFA Super Cup, 2x FIFA Club World Cup. 

Well, gracias Masche...