Pages

Senin, 17 Juli 2017

Kemana Lini Pertahanan Tangguh Persela Seperti Saat Melawan Persib?


Senin, 17 Juli 2017 Persela kembali berlaga di kandang sendiri setelah sebelumnya bermain away di kandanag Maung Bandung. Bermain di hadapan publik sendiri lawan yang dihadapi adalah Bhayangkara FC. Kembali bermain di kandang sendiri, kembali pula puluhan ribu LA Mania yang atusias berbondong-bondong datang ke stadion Surajaya guna mendukung Persela Lamongan berlaga. Optimisme tinggi diucapakan pelataih Heri Kiswanto pada saat sesi konferensi press sehari sebelum pertandingan pun begitu juga dengan LA Mania yang optimis tim kebanggaannya akan memenangkan pertandingan yang dipimpin wasit Thoriq M. Alkatiri. Namun sayang, harapan tinggal harapan. Persela takluk 1-3 dari Bhayangkara FC berkat gol yang dicetak oleh brace Thiago Furtuoso dan Paulo Sergio lewat titik putih sedangkan gol hiburan Persela dicetak Samsul Arifin 3 menit menjelang akhir babak pertama usai.

Satu hal yang menarik adalah kemana pertahan tangguh Persela seperti saat melawan Persib Bandung. Persela pada saat melawan Persib mampu tampil solid menahan gelombang serangan Persib yang bertubi-tubi. Sedangkan saat melawan Bhayangkara FC lini pertahanan Persela tampil loyo dan kurang solid. So, faktor apa yang melatarbelakangi Persela mampu dijebol gawangnya oleh Bhayangkara sebanyak tiga kali?

Pertama adalah krisis di lini pertahan. Tidak adanya Marcio Rozario serta Zainal Haq di line up Persela memaksa Herkis memainkan Eky Taufik sebagai center back berdampingan dengan Aang Suparman. Jelas sudah, Eky yang berposisi asli sebagai wing back kanan sering kali melakukan kesalahan. Komunikasi dengan Aang Suparman juga tidak berjalan dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan proses gol pertama Bhayangkara. Terlepas dari Dendy Sulistyawan offside atau tidak tetapi Eky kurang koordinasi sehingga salah mengantisipasi bola liar di depan gawang Persela yang kemudian Thiago mampu mengelabui Huda yang sudah maju meninggalkan pos gawangnya. Memainkan Eky sebagai centre back memang sebuah keputusan pasrah yang dilakukan Herkis mengingat Persela krisis center back.

Gol kedua Bhayangkara juga merupakan buah dari keteledoran Birrul Walidain. Terlepas dari kontoversi penalti yang diberikan wasit untuk Bhayangkara. Birrul yang diinstruksikan untuk menjaga Dendy sering kali gagal mengawal mantan pemain Persela tersebut. Penampilan apik Birrul seperti saat melawan Persib tidak nampak pada pertandingan melawan Bhayangkara. Puncaknya adalah penalti serta kartu kuning pertama akibat protes keras Birrul kepada wasit dan kartu kuning kedua yang mengharuskan Birrul diusir keluar lapangan dan harus mandi lebih cepat dari rekan-rekannya. Persela yang tertinggal dua gol oleh Bhayangkara dan mencoba mengejar ketertinggalan semakin berat setelah Persela harus bermain dengan 10 orang setalah Birrul mendapat kartu kuning kedua. Akibatnya lini pertahanan Persela kalang kabut saat Bhayangkara mencetak gol ketika di injury time dari hasil serangan balik cepat yang dimotori oleh Thiago.
Seharusnya, Herkis mungkin bisa mempercayakan pos centre back kepada Kosuke Yamazaki yang mampu tampil apik saat melawan Persib. Sedangkan posisi Kosuke di lini tengah bisa diisi Juan Revi yang mempunyai tipikal permainan sama dengan Kosuke Yamazaki. Namun sayang Herkis lebih memilih Eky Taufik untuk mengisi pos di posisi center back.

Kedua, absennya Eka Ramdhani mempengaruhi permainan Persela. Lini tengah Persela melawan Bhayangkara diisi oleh M. Agung Pribadi, Kosuke Yamazaki, dan Jose Maria Barbosa Alves atau Coelho. Eka adalah roh dari permainan Persela, serangan Persela juga lahir dari kaki Eka Ramdhani. Absennya Eka memang mampu digantikan oleh Coelho, namun masalahnya adalah lini tengah Persela lainnya kurang padu tanpa adanya Eka. Dalam beberapa pertandingan Persela sebelumnya, lini tengah Persela selalu diisi oleh Eka, Agung dan Kosuke. Sehingga lini tengah Persela saat melawan Bhayangkara tersebut kurang padu dalam merancang serangan Persela.

Ketiga, Strategi Herkis. Persela yang main di kandang sendiri harusnya mampu tampil percaya diri dan mengusai jalannya pertandingan. Akan tetapi, nampaknya Herkis masih belum move on dari stategi yang diterapkan saat melawan Persib. Di awal babak pertama, Persela cenderung lebih bertahan dan menunggu untuk selanjutnya melakukan serangan balik yang motori kedua sayap dari Persela Edy Gunawan dan Fahmi Al Ayyubi. Startegi ini hampir sama dengan yang diterapkan saat melawan Persib yang menggunakan startegi defensif. Namun agaknya Herkis tidak menyadari bahwa Persela krisis center back setalah absennya Marcio dan Zainal Haq. Efeknya adalah, di menit awal Bhayangkara mampu beberapa kali mengancam gawang Persela. Beruntung ada sosok Choirul Huda yang beberapa kali mampu mengamankan gawangnya dari kebobolan di menit awal. Sehingga Persela harus mempunyai opsi lain dalam melakukan serangan dan tidak bergantung pada sisi sayap Persela meskipun memang sebenarnya sisi sayap Persela tampil cukup baik.

Selain itu, absennya Ivan Carlos juga sedikit mempengaruhi ketajaman Persela. Samsul yang diplot menggantikan Ivan di posisi striker tidak mampu melepaskan penjagaan Otavio Dutra dan Indra Kahfi sehingga Samsul kesulitan untuk bergerak bebas mengobrak-abrik lini pertahan lawan seperti biasanya.

Well, sepakbola memang susah untuk diprediksi. Terkadang seorang pelatih yang sudah matang-matang merancang strategi seringkali hasilnya berbeda di lapangan. Meskipun Persela tidak mampu membuat LA Mania yang sudah hadir di stadion bersorak gembira tapi apresiasi tinggi tetap diberikan kepada tim Laskar Joko Tingkir yang sudah berjuang mengeluarkan permainan terbaiknya. Tidak ada yang menginginkan kekalahan memang, apalagi tim tersebut bermain di kandang sendiri namun namanya sepakbola pasti ada yang menang ada yang kalah. Tetap respect untuk Persela Lamongan dan selamat untuk Bhayangkara FC atas kemenangannya.

Forza Persela.

Di sebuah keheningan malam, aku yang tidak bisa mendukung langsung Persela berlaga. Malang.

         

0 komentar:

Posting Komentar