This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Pages

Kamis, 25 Januari 2018

Madrid Musim Ini Bak Roller Coster, Ada Apa?


Musim 2017/2018 bak seperti roller coster bagi Real Madrid. Sukses besar di musim lalu dengan merengkuh gelar Liga Champions ke 12 serta trofi La Liga menjadikan Real Madrid dicap sebagai klub terbaik sejagat. Bahkan yang lebih istimewa, Madrid menjadi tim pertama sejak era Liga Champions yang mampu memenangkan dua kali berturut-turut trofi si kuping besar tersebut yaitu pada tahun 2016 dan 2017. Hal tersebut menyeret para pemain dan pelatihnya mendapatkan berbagai penghargaan bergengsi. Cristiano Ronaldo dinobatkan sebagai pemain terbaik oleh UEFA serta mendapatkan anugrah sebagai pemain terbaik dunia oleh majalah kenamaan Perancis, France Football yang dibuat dalam tajuk penghargaan Ballon d’Or. Penghargaan itu merupakan tofi Ballon d’Or kelimanya sehingga menjadikan CR7 menyamai pencapain Lionel Messi yang telah berhasil meraih lima trofi Ballon d’Or juga. Federasi tertinggi dunia, FIFA pun tidak ketinggalan memberikan penghargaan kepada Ronaldo sebagai pemain terbaik dunia. Setali tiga uang dengan Ronaldo, pelatih Real Madrid Zinedine Zidane juga mendapatkan penghargaan sebagai pelatih terbaik baik dari UEFA, France Football maupun FIFA sehingga lengkaplah sudah kesuksesan Real Madird di musim lalu.
Namun, kesuksesan yang diraih di musim lalu nampaknya tidak menular di musim ini. Real Madrid bahkan dianggap telah gagal dalam usahnya mempertahankan trofi La Liga. Yang terbaru, Madrid tersingkir dari Copa del Rey oleh klub papan tengah Spanyol, Deportivo Leganes. Ironisnya adalah kekalahan dari Leganes tersebut terjadi di markas mereka sendiri, Santiago Bernabeu. Bahkan pada pertandingan leg pertama, Madrid sudah unggul 1-0. Namun apa daya, Leganes mampu membalikkan keunggulan Madrid sehingga menyudahi pertandingan dengan skor 2-1. Meski secara agregat sama, tetapi Leganes berhak lolos berkat aturan gol away yang menjadikan Leganes mencetak sejarah untuk pertama kalinya mampu lolos ke semifinal Copa del Rey.
Kemunduran Real Madrid musim ini disebabkan kareana beberapa hal, diantaranya:
Blunder transfer
Secara mengejutkan di musim ini, Zidane mendepak beberapa pemain kunci Madrid yang musim lalu menjadi andalan. Diantaranya adalah Alvaro Morata yang pindah ke Chelsea, James Rodrigues ke Bayern Munchen, PEPE ke Besiktas, Danilo ke Manchester City, serta wonderkid Mariano Diaz ke Lyon. Ironisnya, pemain-pemain Madrid yang dilepas tersebut justru mampu bersinar di klub barunya masing-masing. Zidane seolah membuat blunder besar dengan melepas para pemain tersebut.
Kebijakan transfer Zizou yang lebih memilih mendatangkan para pemain muda timbang pemain bintang seolah sebuah kesalahan baginya. Para pemain anyar yang didatangkan di musim ini tidak mampu berbuat banyak dalam membantu Madrid mengulang kesuksesan musim lalu. Sebagai contohnya Dani Ceballos, pemain yang ditransfer dari Real Betis ini diplot sebagai pengganti James yang hengkang. Namun faktanya, Dani tidak mampu menunjukkan aksi yang impresif seperti yang ditunjukkan di timnas Spanyol U-21. Alhasil, Ceballos pun hanya menjadi penghangat bangku cadangan. Begitu juga dengan Theo Hernandez, pemain berusia 20 tahun ini diproyeksikan sebagai pelapis Marcelo di bek kiri. Diharapkan mampu memberikan persaingan pada Marcelo akan tetapi jauh dari sebaliknya. Alih-alih memberikan persaingan, Theo tidak mampu menggoyahkan posisi Marcelo di bek kiri sehingga bangku cadangan hanya menjadi singgasana baginya.
Berbeda dengan pemain yang dilepas oleh Zidane, Morata misalnya menjadi andalan di lini depan skuad asuhan Antonio Conte. Bahkan sejauh ini Morata mampu mencetak 10 gol dan 4 assist di Premier League. Bandingkan dengan musim ini, Madrid kesulitan mencetak gol yang mengharuskan mereka rela berada di posisi klasemen 4 La Liga. Pun demikian dengan Mariano Diaz yang mampu mencetak banyak gol di Lyon dan menjadi striker utama mereka. James mampu mengantarkan Bayern menempati posisi atas klasemen Bundesliga, juga Danilo yang juga mengantarkan timnya berada di posisi atas, serta PEPE yang mampu menjadi pemian kunci klub liga Turki, Besiktas.
Nampaknya Real Madrid juga tidak akan merombak skuadnya dalam waktu dekat ini. Hal ini diutarakan oleh Zidane yang tidak akan membeli pemain anyar di bursa transfer musim dingin ini. Presiden Real Madrid sebenarnya sudah geram dengan kebijakan transfer yang dilakukan Zidane. Ya, Florentino Perez memang terkenal sebagai presiden yang menggalakkan proyek los galacticos atau menumpuk banyak pemain bintang nan mahal di klub. Hal ini telah dilakukan oleh Perez dalam beberapa tahun belakang. Cristiano Ronaldo, Kaka, Gareth Bale, adalah beberapa pemain yang dibeli mahal oleh Perez dalam memuhi ambisinya. Namun nampaknya, kedatangan Zidane seolah menghapus kebijakan tersebut. Zidane lebih menginginkan Madrid diisi oleh para pemain muda. Bahkan hal ini sempat menjadikan gosip kalau Zidane sedang berseteru dengan Perez.

Bernabeu yang tidak lagi angker
Musim ini seolah menjadi musim yang mengecewakan bagi Madrid. Real Madrid harus puas berada di posisi 4 klasemen La Liga dengan tertinggal 19 poin dari pemuncak klasemen Barcelona meski Madrid masih memiliki satu tabungan pertandingan nampaknya akan sangat sulit bagi Madrid untuk mengejar Barcelona yang musim ini begitu tampil perkasa. Real Madrid juga harus puas tersingkir dari gelaran Copa del Rey setalah kandas di tangan Deportivo Leganes dengan skor 2-1 (2-2 agg). Ironisnya, kekalahan tersebut terjadi di markas mereka, Santiago Bernabeu.
Bernabeu di musim ini seolah sudah tidak memiliki keangkeran bagi lawan-lawan yang datang ke stadion tersebut. Tercatat Madrid sudah mengalami 3 kekalahan di markas mereka. Rincinya adalah 2 di La Liga setelah takluk dari Barcelona dengan skor telak 3-0 dan 1-0 dari Villareal, serta yang terbaru kalah dari Alaves dengan skor 2-1 di ajang Copa del Rey.  Bandingkan dengan musim lalu, Madrid begitu perkasa ketika bermain di kandang sehingga mampu menggondol juara La Liga.

Tumpul di lini depan
Kepergian Morata ke Chelsea dan Mariano Diaz ke Lyon adalah sebuah kerugian besar bagi Madrid. Praktis Madrid hanya memiliki penyerang Karim Benzema dan pemain muda Borja Mayoral. Performa Benzema musim ini sangat mengecewakan, sering diganggu cedera mengakibatkan performanya kurang maksimal di musim ini. Sejauh ini Benzema baru mencetak 2 gol di La Liga, sangat buruk untuk ukuran striker sekaliber Benzema. Bahkan karena performanya yang mengecewakan, Zidane sering membangku cadangkan dia dan menarik Ronaldo untuk menjadi striker tunggal. Pun demikian dengan Mayoral yang hanya mampu mencetak sebiji gol di La Liga, praktis lini depan Madrid musim ini minim akan jumlah gol.

Trio BBC telah habis
            Trio BBC, Benzema, Bale, Cristiano sempat menjadi salah satu trio yang menakutkan di Eropa. Ketiganya bahu membahu membawa Madrid meraih trofi demi trofi dalam beberapa tahun belakangan. Namun nampaknya, trio tersebut seolah telah habis dan memasuki masa kadaluwarsa. Mereka sudah tidak lagi sering tampil bersama-sama seperti ketika masih jayanya.
            Karim Benzema di musim ini performanya jauh dari harapan. Sempat menjadi salah satu striker terbaik di Eropa, pemain berpaspor Perancis ini seolah sudah tidak lagi memiliki ketajaman di lini depan. Tercatat di musim ini Benzema hanya tampil sebanyak 13 kali di La Liga, 1 kali di Copa, dan 3 kali di Champions. Jika di total secara keseluruhan dari ketiga kompetisi tersebut, pemain yang idektik dengan kepala plontos ini hanya mencetak 5 gol. Sebuah hal yang sangat mengecewakan tentunya.
            Setali tiga uang dengan Bale, musim ini performa Bale lebih sering berkutat dengan pemulihan akibat sering diganggu cedera. Meski dalam beberapa laga terakhir Bale kembali tampil dan mampu mencetak gol, namun agaknya hal tersebut sudah terlanjur telat melihat posisi Madrid yang tertinggal jauh dari klasemen sementara La Liga. Absennya Bale menjadikan trio BBC sering tidak tampil dengan formasi lengkap. Di La Liga, Bale baru tampil sebanyak 9 kali tetapi mampu mencetak 6 gol sejauh ini. Bayangkan seandainya tidak diganggu cedera, mungkin nasib Madrid berkata lain.
            Nama terakhir dari susunan trio BBC adalah Cristiano Ronaldo. Pemain yang tahun lalu dinobatkan sebagai pemian terbaik sejagad ini gagal total di musim ini. Pemain berusia 32 tahun ini seolah sudah kehilangan daya magisnya seperti yang ia tunjukkan dalam beberapa tahun belakangan. Pemian asal Portugal ini hanya mampu mencetak 6 gol di La Liga, serta 9 gol di UCL dan belum sekali pun tampil di Copa del Rey. Ronaldo adalah mesin gol utama Madrid dalam beberapa tahun silam, namun sayang agaknya Ronaldo sudah memasuki usia uzur setelah tidak mampu membawa Madrid pada performa terbaik musim ini.

Skuad lapis yang compang
            Ketika trio BBC tidak tampil dengan formasi lengkap, ada beberapa pemain yang mengisi posisi tersebut. Diantaranya adalah Asensio, Lucas Vasquez, Isco, serta Mayoral. Namun sayang mereka tidak mampu menggantikan peran yang ditinggalkan oleh salah satu dari BBC. Asensio, pemain yang sempat menjadi buah bibir ketika di awal musim mampu mencetal gol sensasional ke gawang Barca dalam ajang Super Cup Spanyol ini seolah melempem performanya. Pun demikian dengan Lucas, Isco, serta Mayoral yang performanya setali tiga uang dengan Asensio. Mereka tidak mampu menjadi harapan pelatih Zinedine Zidane dalam mengemban tugas sebagai pemian pengganti.
            Skuad lapis Madrid musim ini memang diisi oleh para pemian muda, sehingga dengan masih minimnya jam terbang pemian tersebut menjadikan skuad Real Madrid antara tim inti dan cadangan menjadi compang. Kualitas antara tim inti dan cadangan terlihat jauh berbeda kualitasnya. Hal ini apabila tidak segera diatasi oleh tim pelatih akan berdampak buruk bagi posisi Madrid di klasmen La Liga. Madrid hanya terpaut 1 poin dari zona Liga Europa dan apabila tidak ada perubahan sampai akhir musim, bukan tidak mungkin Madrid akan terlempar dari zona Liga Champions dan harus rela bermain di Liga Europa.

            Well, meski Real Madrid sejauh ini tampil minor namun Madrid tetap dianggap sebagai klub yang mampu bangkit dari situasi sulit. Masih menyisakan beberapa pertandingan di La Liga serta Liga Champions melawan PSG, Madrid harus kembali pada performa terbaik jika tidak ingin mengakhiri musim dengan tangan hampa. Semoga lekas bangkit Madrid...     
        

Rabu, 24 Januari 2018

Gracias Masche


Barcelona resmi mengumungkan Javier Mascherano akan pindah ke klub liga Tiongkok, Hebei China Fortune Rabu (24/1). Dengan bandrol yang disinyalir mencapai 10 juta euro, Mascherano akan bereuni dengan mantan pelatihnya di klub River Plate dan juga Manchester city Manuel Pellegrini serta kompatriotnya di timnas Argentina Ezequel Lavezzi. Sebuah kehilangan besar tentunya bagi Barcelona mengingat jasa dan dedikasi Mascherano yang begitu besar sehingga mengantarkan Barcelona meraih kesuksesan besar dalam beberapa tahun ini. Pemain yang pernah memperkuat Liverpoll sebelum bergabung ke Barcelona pada tahun 2010 ini telah suskes merengkuh total 18 trofi berbengsi selama berkarir di klub Catalan.
Barcelona pun mengadakan seremoni untuk melepas kepergian Mascherano yang bertempat di auditorium stadion Camp Nou dan dihadiri oleh presiden klub Josep Maria Bartomeu serta seluruh pemain Barcelona pada Rabu (24/1). Mascherano memang dikenal sebagai sosok pemain yang totalitas memberikan segalanya pada klub yang dibela. Mascherano juga merupakan pemain yang dikenal memiliki jiwa kepemimpinan dan menjadi panutan bagi pemain-pemain Barcelona lainnya, tidak heran dia didapuk mengemban ban kapten Barca meski sebagai kapten ke-empat. Banyak pemain Barca yang memang mengagumi sosok pemain berusia 33 tahun ini berkat segala apa yang telah diberikan pada klub meski dia bukanlah sosok yang berasal dari akademi Barcelona itu sendiri.
Ucapan perpisahan pun berdatangan dari mayoritas pemain Barca lewat akun media masing-masing. Yang terbaru Lionel Messi yang merupakan kompatriotnya di timnas Argentina tak kuasa memberikan ucapan perpisahan yang menyayat hati yang dia tuangkan dalam akun Instagram pribadinya. Ucapan teresebut berbunyi “untukmu Masche, setelah kita melewatkan banyak pertandingan dan momen bersama, ada banyak kata yang ingin saya ucapkan kepadamu. Kamu tahu aku akan sangat merindukanmu. Akan sangat aneh ketika aku masuk ke ruang ganti dan tidak ada kau yang duduk di sampingku. Namun kita akan saling berjumpa lagi di tim nasional segera. Peluk hangat untukmu, saya berdoa’a semoga kau sukses”.
Ucapan kekaguman sekaligus perpisahan tidak hanya berasal dari pemain Barca tetapi juga dari mantan pemain Barca yag juga legenda Barcelona, Carles Puyol untuk pemain bernama lengkap Javier Alejandro Mascherano dan lahir di San Lorenzo, Santa Fe, 8 Juni 1984 ini. Lewat akun Instgramnya Puyol menulis “terimah kasih temanku atas keahlian dan caramu memahami olahraga. Ketika aku pensiun, aku tahu aku meninggalkan pertahanan Barcelona ke tangan orang yang tepat (Mascherano). Aku berharap yang terbaik untukmu #ThankYouMasche”. Akun media Barcelona secara khusus juga memberikan tribute pada Mascherano. Salah satunya twitter Barcelona yang secara khusus memberikan ciutan yang berisi perpisahan Mascherano dengan Barcelona. Bahkan Barcelona membuat video khusus yang berisi 14 hal yang tidak boleh dilupakan dari Mascherano, diantaranya adalah:
Commitment
Mascherano datang dari Liverpoll ke Barcelona pada tahun 2010 dan sejak itu langsung menuai sukses besar selama berseragam blaugrana. Dibawa pelatih jenius Pep Guardiola, Mascherano lansung memberikan 2 gelar prestisius sekaligus yaitu liga Champions dan La Liga pada masa debutnya bahkan di partai final Liga Champions Mascherano tampil sebagai starter selama 90 menit. Menurut informasi Mascherano pernah berkesempatan untuk hengkang dari Barcelona pada saat kontrak awalnya akan habis, namun Mascherano berkomitmen untuk memperbarui kontraknya hingga akhirnya sekarang saatnya telah tiba untuk meninggalkan Barcelona. Seperti dikutip Squawka, Mascherano telah memainkan 203 laga bersama Barca di berbagai ajang.    
Bravery
Sejak perubahan posisi dari gelandang menjadi bek, mascherano dikenal sebagai bek yang lugas dan berani namun tetap bermain bersih tanpa harus melakukan pelanggaran keras. Mascherano berani berduel udara meski postur tubuhnya tidak ideal untuk seorang bek bahkan harus sampai kepalanya harus berdarah-darah pada pertandingan final Copa del Rey (27/5/2017) melawan Depotivo Alaves hingga akhirnya harus ditandu keluar dan tidka bisa melanjutkan pertandingan meski baru bermain 11 menit.
Companionship
Pemain yang identik dengan nomor punggung 14 ini memang dikenal sebagai pemian yang tidak membedakan satu sama lain. Sehingga banyak pemain yang berkawan dengannya karena ia merupakan pemian yang ramah. Bahkan meskipun ia merupakan sosok yang senior di tubuh Barca ia tidak ragu membantu para pemain junior Barca dalam mengembangkan permainannya.
Leadership
Selama pertandingan, Mascherano sering memimpin rekan-rekannya untuk terus fokus dan bekerja keras selama pertandingan. Tidak hanya di lapangan, Mascherano juga pemimpin di ruang ganti Barca. Selama jeda babak pertama pertandingan misalnya Mascherano juga merupakan pemain yang meberikan motivasi dan semangat pada rekan-rekannya. Jiwa kepemimpinan Mascherano yang begitu besar sehingga para pemian Barca tidak ragu mendaulatnya sebagai salah satu kapten tim. Ya, sejak kepergian Xavi Hernandez pada 2015, Mascherano didaulat mengemban ban kapten ke-empat Barcelona.
Work
Sejak kedatangannya dari Liverpoll ke Barcelona, Mascherano memang berusaha bekerja keras dalam latihan untuk bisa cepat beradaptasi dengan gaya permainan Barca. Alhasil baru semusim bermain di Barca, Mascherano sudah menjadi pemian inti di Barcelona. Perubahan posisi dari gelandang bertahan menjadi bek tengah hasil intruksi mantan pelatih Barcelona Pep Guardiola tidak menjadikannya mundur, ia malah sukses besar setalah bertransformasi menjadi bek hingga saat terakhir ia berseragam Barca ini.
Dedication
Tidak hanya Puyol yang mengagumi dedikasi Mascherano, Xavi Hernandez pun tak ketinggalan memberikan kekagugaman atas dedikasi yang telah diberikan pada klub. Lewat video yang ditayangkan pada saat seremoni perpisahan pada Rabu kemarin, Xavi berkata “Javi! Machine! Aku hanya ingin mengucapkan terimahkasih kepadamu atas segala apa yang telah kau berikan pada klub. Aku rasa kamu adalah salah satu contoh yang luar biasa selama menjadi kompatriotku dan sebagai seorang profesional. Aku pikir, banyak pemain luar negeri yang datang ke Barca harus menjadikanmu sebagai contoh dan panutan, bagaimana kamu beradaptasi dan menandai yang telah kau tunjukkan pada ruang ganti, di atas segalanya, atas level individuon. Dan tentunya, atas level professional juga. Aku pikir kamu telah mengatur contoh di semua area. So, aku tidak berharap apa-apa selain yang terbaik. Kamu tahu betapa aku mencintaimu, kamu memulai petualangan baru pada hidupmu, dan aku yakin akan banyak kesuksesan menyertaimu. Aku juga ingin mengatakan ini adalah titik kebanggaan dan kesenangan untuk berbagi begitu banyak hal denganmu dan telah bermain bersamamu. Pelukan yang sangat besar dan semoga sukses bagimu”.
Sacrifice
Pengorbanan besar Mascherano pada Barca memang begitu besar. Demi memberikan kado indah pada mantan pelatih Barca 16/17 Luis Enrique yang diakhir musim akan meninggalkan Barca, Mascherano sampai rela berdarah-darah. Barcelona di musim 16/17 memang berpeluang meraih trofi Copa del Rey, pada pertandingan final melawan Deportivo Alaves Mascherano turun sebagai starter namun pada menit 11 Mascherano bertabrakan dengan pemain Alaves hingga berdarah. Mascherano pun harus ditarik keluar dan digantikan oleh Andre Gomes.
Personality
Pemain yang identik dengan kepala plontos ini memang memiliki kepribadian yang patut dijadikan panutan bagi pemaian Barca. Selama latihan tim, ia merupakan pemain yang tidak pernah telat datang latihan bahkan datang paling dulu dibandingkan pemain lain. Sehingga para pemian Barca pun kagum pada kepribadiannya.
Example
Seperti yang sudah diutarakan oleh Xavi bahwa Mascherano memang layak dijadikan contoh dan panutan bagi setiap pemain, hal tersebut memang benar adanya. Mascherano adalah sebuah simbol akan panutan bagi pemain Barca utamanya para pemian muda yang sedang menitih karir profesional. 
Security
Pemain yang mencetak satu gol melalui titik putih selama 8 tahun karirnya di Barca ini memang kunci utama dari solidnya pertahanan Barca dalam beberaa tahun ini. Sejak bertransformasi dari gelandang bertahan menjadi bek, Mascherano selalu menjadi pilihan utama dalam mengawal lini belakang Barca. Bersama tandemnya di lini belakang, mereka bahu membahu menahan setiap serangan lawan dan tentunya memberikan rasa aman bagi penjaga gawang Barca. Menurut Squawka, selama membela Barca Mascherano telah memenangkan 560 tekel sukses dengan presentase 80%, 452 intersep, 432 clearences, dan 215 blok. 
Sincerity
Sebagi pemain senior dan masih memiliki kemampuan yang bagus, Mascherano rela hanya duduk di bangku cadangan pada musim ini. Dibawa pelatih anyar Ernesto Valverde, Mascherano memang jarang diturunkan sebagai starter di musim ini. Dia rela tempatnya diambil alih oleh Samuel Umtiti yang memang diproyeksikan sebagai bek masa depan Barca. Selain itu pada masa kepelatihan Guardiola, Mascherano juga rela berpindah posisi dari posisi favoritnya. Guardiola memaksa Mascherano menjadi bek tengah meski is sebenarnya berposisi sebagai gelandang bertahan. Akan tetapi justru Mascherano menuai sukses besar dengan menjadi bek tengah.
Character
Karakter Mascherano adalah lugas dan tegas selama memimpin rekan-rekannya berlaga. Akan tetapi Mascherano juga dikenal ramah dan suka bercanda pada para pemain Barca. Selain itu juga Mascherano memiliki jiwa pemimpin dan layak dijadikan contoh bagi para pemain Barca lainnya. Hal tersebut sudah diakui oleh para pemian Barca bahkan mereka yang sudah tidak berseragam Barcelona.
Intelligence
Mascherano memang memiliki kecerdasan dalam membaca situasi permainan di lapangan. Hal tersebut juga diakui oleh entrnador Barcelona saat ini, Ernesto Valverde. Seperti dikutip laman bola.net, Valverde mengatakan bahwa Mascherano bisa melihat bagaimana dia berpikir, dia memahami permainan dan bahkan menyebut Mascherano hampir seperti seorang pelatih ketika sedang bermain. Valverde juga menawari Mascherano untuk menjadi salah satu staff pelatih setelah pensiun.
Succes
Pemain yang dijuluki El Jefecito atau bos kecil ini memang menuai sukses besar setelah pindah ke Catalan. Total 18 trofi bergengsi dia persembahkan untuk Blaugrana. Diantara trofi yang sudah dimenangkan selama membela Barca adalah:
4x La Liga, 4x Copa del Rey, 3x Spanish Super Cup, 2x UEFA Super Cup, 2x FIFA Club World Cup. 

Well, gracias Masche...

Minggu, 23 Juli 2017

Diwarnai Gol Cantik Kosuke, Persela Tahan Imbang Persiba Balikpapan


Persela melakoni laga tandang melawan Persiba Balikpapan (Ahad, 23/0717). Target meraih poin diusung pelatih Persela Heri Kiswanto setelah di laga sebelumnya Persela takluk 3-1 atas Bhayangkara FC di Surajaya Lamongan. Persela harus tampil all out melawan Persiba untuk menambah poin dan memperbaiki posisi di klasemen Gojek Traveloka Liga 1. Hasilnya, Persela sukses mencuri satu poin setelah mampu menahan imbang Persiba Balikpapan dengan skor 2-2.
Starter yang diturunkan Herkis berbeda dengan laga sebelumnya. Pada laga yang berlangsung di Stadion Parikesit Balikpapan itu mayoritas pemain yang dipilih Herkis adalah pemain muda. Persela memang tampil dengan kondisi skuad yang compang camping akibat banyak pemain inti yang absen seperti Ivan Carlos, Eka Ramdani, Saddil Ramdani bahkan center back Marcio Rozario dipastikan tak lagi memperkuat Persela setelah manajemen memutuskan utnuk mengahiri kontrak pemain tersebut. Pemain seperti Rio Pratama, Sandy Septian dan tentu saja si mungil Fahmi Al Ayyubi diberi kesempatan untuk melakoni pertandingan sejak menit pertama.

Selain karena banyaknya pemain kunci yang absen pada laga tersebut, Herkis nampaknya melakukan rotasi pemain mengingat di laga selanjutnya Persela akan menghadapi tim kuat Barito Putra di Surajaya Lamongan. Jose Coelho, M. Agung Pribadi, serta Edy Gunawan dan Aang Suparman yang di laga sebelumnya tampil sebagai starter diistirahatkan pada laga tersebut. Formasi yang dipilih Herkis pada laga tersebut juga agak lain dari biasanya, formasi 5-2-3 dipilih Herkis pada laga tersebut. Taufiq Kasrun dan Juan Revi diberi kesempatan bermain untuk mengisi pos bek kanan dan tengah.

Seperti biasa, di menit-menit awal Persela tampil menunggu dan menumpuk di area pertahanan sendiri sembari mencari cela untuk melakukan serangan balik dari sisi sayap. Samsul Arifin yang mengisi posisi bek sayap kiri sering kali maju membantu penyerangan. Berbeda dengan Taufiq Kasrun di kanan yang lebih diinstruksikan untuk tidak melewati garis tengah dan lebih fokus pada pertahanan. Tidak adanya pengatur serangan di lini tengah Persela seringkali bola-bola lambung diarahan ke depan. Kosuke yang berduet dengan Juan Revi tidak mampu menjadi jendral lapangan tengah. Sehingga permainan lebih banyak dikuasi oleh para pemain Persiba.

Buruknya kinerja lini belakang Persiba dapat dimanfaatkan oleh para pemain Persela untuk memecah kebuntuhan pada menit ke 22. Berawal dari serangan di sisi kanan pertahan Persiba, Sandy mengirim umpan ciamik ke depan gawang Persiba. Kosuke yang menyambut umpan tersebut tanpa pengawalan mampu membobol gawang Persiba dengan tendangan setengah salto. Lini pertahanan Persela juga bukan tanpa celah, para pemain Persiba sering kali melakukan seragan dari sisi kanan pertahanan Persela yang dikawal Taufiq Kasrun. Tusukan para pemain Persiba dari sisi sayap kanan yang dimotori Anmar Almubaraki sering kali membuat barisan pertahanan utamanya di sisi sayap kanan kocar kacir. Hasilnya bermula dari serangan di sisi kanan pertahanan Persela, salah seorang pemain Persiba mampu mengirim umpan ke tengah yang disambut dengan tendangan voli oleh Dirkir Glay untuk membuat pertandingan menjadi sama kuat 1-1 sampai babak pertama berakhir.
Di awal babak kedua, Herkis menarik Juan Revi dan Sandy Septian yang tampil kurang maksimal untuk digandikan Agung Pribadi dan Edy Gunawan. Pergantian tersebut nampaknya tidak berarti apa-apa bagi permaian Persela. Petaka justru terjadi pada menit ke 56. Lagi-lagi buruknya sisi kanan pertahanan Persela mampu dimanfaatkan oleh Marlon da Silva untuk melakukan penetrasi dan memberikan umpan tarik yang gagal di halau Zainal Haq sehingga Bryan Cesar yang tepat berada di depan bola tersebut mampu mengkonversikannya menjadi gol ke dua untuk Persiba. Persela tertinggal 1-2.

Di sisa menit pertandingan nampaknya para pemain Persiba optimis meraih kemenangan sebagai kado ulang tahun coach Milo Seslija yang baru saja genap berumur 53 tahun. Namun sayang, kelengahan pertahanan Persiba dalam melakukan pressing dibayar mahal oleh gol Persela yang dicetak Taufiq Kasrun. Berawal dari pelanggaran yang dilakukan pemain Persiba. Agung Pribadi yang menjadi eksekutor mengirim umpan ke tiang jauh yang dapat dijangkau Taufiq. Tanpa pengawalan Taufiq mampu menyamakan kedudukan menjadi 2-2.

Segala upaya telah dilakukan pemain Persela namun sayang hingga menit akhir babak kedua tidak ada gol tambahan yang terjadi. Persela harus puas berbagi poin dengan Persiba Balikpapan. Hasil imbang tersebut menjadikan Persela tetap tidak beranjak di posisi 14 klasemen sementara Gojek Traveloka Liga 1. Berikut susunan pemain Persela pada laga tersebut.

Pelatih: Heri Kiswanto

(5-2-3) Choirul Huda (Pg/c), Taufiq Kasrun, Rio Pratama, Zainal Haq, Eky Taufiq, Samsul Arifin, Juan Revi (M. Agung Pribadi), Kosuke Yamazaki, Fahmi Al Ayyubi (Zainal Arif), Samsul Arif, Sandy Septian (Edy Gunawan).      

Senin, 17 Juli 2017

Kemana Lini Pertahanan Tangguh Persela Seperti Saat Melawan Persib?


Senin, 17 Juli 2017 Persela kembali berlaga di kandang sendiri setelah sebelumnya bermain away di kandanag Maung Bandung. Bermain di hadapan publik sendiri lawan yang dihadapi adalah Bhayangkara FC. Kembali bermain di kandang sendiri, kembali pula puluhan ribu LA Mania yang atusias berbondong-bondong datang ke stadion Surajaya guna mendukung Persela Lamongan berlaga. Optimisme tinggi diucapakan pelataih Heri Kiswanto pada saat sesi konferensi press sehari sebelum pertandingan pun begitu juga dengan LA Mania yang optimis tim kebanggaannya akan memenangkan pertandingan yang dipimpin wasit Thoriq M. Alkatiri. Namun sayang, harapan tinggal harapan. Persela takluk 1-3 dari Bhayangkara FC berkat gol yang dicetak oleh brace Thiago Furtuoso dan Paulo Sergio lewat titik putih sedangkan gol hiburan Persela dicetak Samsul Arifin 3 menit menjelang akhir babak pertama usai.

Satu hal yang menarik adalah kemana pertahan tangguh Persela seperti saat melawan Persib Bandung. Persela pada saat melawan Persib mampu tampil solid menahan gelombang serangan Persib yang bertubi-tubi. Sedangkan saat melawan Bhayangkara FC lini pertahanan Persela tampil loyo dan kurang solid. So, faktor apa yang melatarbelakangi Persela mampu dijebol gawangnya oleh Bhayangkara sebanyak tiga kali?

Pertama adalah krisis di lini pertahan. Tidak adanya Marcio Rozario serta Zainal Haq di line up Persela memaksa Herkis memainkan Eky Taufik sebagai center back berdampingan dengan Aang Suparman. Jelas sudah, Eky yang berposisi asli sebagai wing back kanan sering kali melakukan kesalahan. Komunikasi dengan Aang Suparman juga tidak berjalan dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan proses gol pertama Bhayangkara. Terlepas dari Dendy Sulistyawan offside atau tidak tetapi Eky kurang koordinasi sehingga salah mengantisipasi bola liar di depan gawang Persela yang kemudian Thiago mampu mengelabui Huda yang sudah maju meninggalkan pos gawangnya. Memainkan Eky sebagai centre back memang sebuah keputusan pasrah yang dilakukan Herkis mengingat Persela krisis center back.

Gol kedua Bhayangkara juga merupakan buah dari keteledoran Birrul Walidain. Terlepas dari kontoversi penalti yang diberikan wasit untuk Bhayangkara. Birrul yang diinstruksikan untuk menjaga Dendy sering kali gagal mengawal mantan pemain Persela tersebut. Penampilan apik Birrul seperti saat melawan Persib tidak nampak pada pertandingan melawan Bhayangkara. Puncaknya adalah penalti serta kartu kuning pertama akibat protes keras Birrul kepada wasit dan kartu kuning kedua yang mengharuskan Birrul diusir keluar lapangan dan harus mandi lebih cepat dari rekan-rekannya. Persela yang tertinggal dua gol oleh Bhayangkara dan mencoba mengejar ketertinggalan semakin berat setelah Persela harus bermain dengan 10 orang setalah Birrul mendapat kartu kuning kedua. Akibatnya lini pertahanan Persela kalang kabut saat Bhayangkara mencetak gol ketika di injury time dari hasil serangan balik cepat yang dimotori oleh Thiago.
Seharusnya, Herkis mungkin bisa mempercayakan pos centre back kepada Kosuke Yamazaki yang mampu tampil apik saat melawan Persib. Sedangkan posisi Kosuke di lini tengah bisa diisi Juan Revi yang mempunyai tipikal permainan sama dengan Kosuke Yamazaki. Namun sayang Herkis lebih memilih Eky Taufik untuk mengisi pos di posisi center back.

Kedua, absennya Eka Ramdhani mempengaruhi permainan Persela. Lini tengah Persela melawan Bhayangkara diisi oleh M. Agung Pribadi, Kosuke Yamazaki, dan Jose Maria Barbosa Alves atau Coelho. Eka adalah roh dari permainan Persela, serangan Persela juga lahir dari kaki Eka Ramdhani. Absennya Eka memang mampu digantikan oleh Coelho, namun masalahnya adalah lini tengah Persela lainnya kurang padu tanpa adanya Eka. Dalam beberapa pertandingan Persela sebelumnya, lini tengah Persela selalu diisi oleh Eka, Agung dan Kosuke. Sehingga lini tengah Persela saat melawan Bhayangkara tersebut kurang padu dalam merancang serangan Persela.

Ketiga, Strategi Herkis. Persela yang main di kandang sendiri harusnya mampu tampil percaya diri dan mengusai jalannya pertandingan. Akan tetapi, nampaknya Herkis masih belum move on dari stategi yang diterapkan saat melawan Persib. Di awal babak pertama, Persela cenderung lebih bertahan dan menunggu untuk selanjutnya melakukan serangan balik yang motori kedua sayap dari Persela Edy Gunawan dan Fahmi Al Ayyubi. Startegi ini hampir sama dengan yang diterapkan saat melawan Persib yang menggunakan startegi defensif. Namun agaknya Herkis tidak menyadari bahwa Persela krisis center back setalah absennya Marcio dan Zainal Haq. Efeknya adalah, di menit awal Bhayangkara mampu beberapa kali mengancam gawang Persela. Beruntung ada sosok Choirul Huda yang beberapa kali mampu mengamankan gawangnya dari kebobolan di menit awal. Sehingga Persela harus mempunyai opsi lain dalam melakukan serangan dan tidak bergantung pada sisi sayap Persela meskipun memang sebenarnya sisi sayap Persela tampil cukup baik.

Selain itu, absennya Ivan Carlos juga sedikit mempengaruhi ketajaman Persela. Samsul yang diplot menggantikan Ivan di posisi striker tidak mampu melepaskan penjagaan Otavio Dutra dan Indra Kahfi sehingga Samsul kesulitan untuk bergerak bebas mengobrak-abrik lini pertahan lawan seperti biasanya.

Well, sepakbola memang susah untuk diprediksi. Terkadang seorang pelatih yang sudah matang-matang merancang strategi seringkali hasilnya berbeda di lapangan. Meskipun Persela tidak mampu membuat LA Mania yang sudah hadir di stadion bersorak gembira tapi apresiasi tinggi tetap diberikan kepada tim Laskar Joko Tingkir yang sudah berjuang mengeluarkan permainan terbaiknya. Tidak ada yang menginginkan kekalahan memang, apalagi tim tersebut bermain di kandang sendiri namun namanya sepakbola pasti ada yang menang ada yang kalah. Tetap respect untuk Persela Lamongan dan selamat untuk Bhayangkara FC atas kemenangannya.

Forza Persela.

Di sebuah keheningan malam, aku yang tidak bisa mendukung langsung Persela berlaga. Malang.

         

Sabtu, 15 Juli 2017

Kilas Balik Pertandingan Persela vs Persib (Rabu, 13 Juli 2017) di Stadion GBLA



Awalnya nggak ada niatan buat mau nulis ini. Semua berawal dari keisengan saya mengomentari pertandingan Persib vs Persela yang saya curahkan pada status/ PM di BBM. Ketika itu saya mengomentari pertandingan Persib vs Persela pada babak pertama dimana Persela tertinggal 1-0 atas Persib dengan gol yang dicetak Sohei Matsunaga. Persela di babak pertama menurut saya cukup efektif dalam bertahan tapi lemah pada penyerangan. Persela di babak pertama hanya mengandalkan serangan balik cepat dari sisi sayap yang dimotori Fahmi Al Ayyubi di sisi kiri sedang Edy Gunawan di sisi kanan bahkan Samsul Arif yang diplot sebagai penyerang tunggal sering bergerak juga dari sisi sayap. 

Selain itu lini tengah Persela juga kurang kreatif dalam membantu penyerangan, Eka Ramdani seolah bingung harus mengirim bola ke arah mana mengingat pemain Persib melakukan pressing ketat bahkan sejak Persela memainkan bola di area sendiri. Akibatnya lini tengah Persela sering mengirimkan umpan-umpan jauh yang mampu dimentahkan lini belakang Persib begitu juga serangan dari sisi sayap yang mampu dicover dengan baik oleh bek Persib dengan kuartet Supardi Nasir, Vlado, Jupe dan Toni Sucipto.

Intinya adalah, saya meremehkan strategi yang diterapkan oleh Heri Kiswanto (pelatih Persela) di babak pertama. Bahkan dalam status BBM saya tersebut saya memprediksi dan bertaruh jika Herkis tidak akan merubah strategi bermain Persela seperti pada babak pertama.

Namun begitu kick off babak kedua dimulai, semua prediksi saya mentah seketika. Permainan Persela berubah 200°, seolah jurus apa yang digunakan oleh Herkis pada jeda babak pertama sehingga permainan Persela di babak kedua tampil dengan permainan yang ngotot dan tak kenal menyerah meski tertinggal satu gol dari Persib. Permainan Persela begitu offensif hingga mampu menciptakan peluang" berbahaya ke gawang Persib yang dijaga oleh M. Natsir.
Memasuki menit 58, Herkis menarik Zainal Haq dan menggantinya dengan Zainal Arif. Boom, pergantian tersebut membuat saya tercengang bukan kepalang. Bagaimana tidak, Zainal Haq seorang bek tengah digantikan Zainal Arif yang seorang gelandang. Hal ini jelas akan meninggalkan lubang di posisi bek tengah yang praktis hanya ada A'ang Suparman sebagai bek tengah murni.

Pergantian tersebut bagi saya adalah sebuah perjudian besar yang dilakukan oleh Herkis. Namun agaknya saya lupa bahwa Herkis adalah pelatih yang sarat akan pengalaman dan tentu sudah memikirkan matang" pergantian tersebut. Dan benar saja, lagi" prediksi saya salah. Permainan Persela tetap tidak berubah, banyak peluang" berbahaya yang mampu diciptakan oleh Pemain Persela yang tetap pada permainan ofensif. Lini tengah Persela mampu mengimbangi lini tengah Persib dengan Hariyono, Kim Kurniawan, serta si Marque Player Essien yang diturunkan oleh coach Djanur. Lantas apa kabar lini belakang Persela setelah ditariknya Zainal Haq? Ternyata lini belakang Persela tetap solid bahkan pemain Persib tidak mampu menembus area pertahanan Persela. Lah, bagaimana bisa? Ternyata saya lupa bahwa di stater Persela terdapat sosok Kosuke Yamazaki yang diplot mengisi posisi central back yang ditinggalkan oleh Zainal Haq. Kosuke yang posisi aslinya adalah gelandang pengangkut air justru bermain bagus meski bermain bukan pada posisi naturalnya. Kosuke mampu melakukan intersep yang bahkan intersep yang dilakukan Kosuke terbanyak dari pemain lain pada pertandingan tersebut. Sehingga amanlah gawang Choirul Huda dari kebobolan untuk kali kedua.

Singkatnya, setelah melakukan serangkaian upaya serangan yang belum menemui hasil. Berawal dari sepakan pemain Persela ke gawang Persib yang lepas dari sergapan Natsir bola rebound coba dikejar oleh Samsul Arif hingga Natsir menabrak tubuh Samsul hingga Samsul terjatuh dan Pritttt... Wasit menunjuk titik putih. Samsul maju sebagai eksekutor dan dengan dingin mampu menaklukkan Natsir sehingga skor menjadi sama kuat 1-1.
Gol Samsul Arif membuat saya kegirangan bahkan kata" kotor tidak mampu saya tahan keluar dari mulut saya karena saking gembiranya menyambut gol yang dicetak Samsul. Bukan tanpa alasan mengapa saya begitu girang dengan momen tersebut. Saya yang tidak bisa menonton langsung pertandingan Persela di stadion terima pasrah hanya bisa menonton melalui streaming (dengan kuota internet) di HP bahkan TV pun memang tidak ada.

Well, terlepas dari cibiran orang yang menganggap bahwa Persela mampu menahan Persib berkat gol penalti adalah sebuah keberuntungan. Saya sangat tidak sependapat dengan itu. Bagi saya, gol tersebut adalah buah dari hasil kerja keras pemain Persela yang tidak pantang menyerah meski tertinggal oleh Persib yang bahkan secara kualitas pemain Persib lebih baik dari Persela. Selain itu juga, hasil dari taktik jitu sang empunya nahkoda Heri Kiswanto yang mampu membangkitkan pemain Persela bangun dari tidur pada babak pertama.

So, proud to be Persela fans and have a nice read also sorry if I have maked you feel not comfortable on my status in BBM that time.

Di Unyil Coffe, Malang.

#PerselaLamongan #ProudToBePerselaFans #PerselaForever #LearnToWrite #Amateur

Kamis, 14 April 2016

Diego Simeone's Winning


Vicente Calderon menjadi saksi perjuangan Atletico Madrid lolos ke Semifinal UEFA Champions League 2015/16 setelah mengandaskan Barcelona untuk yang kedua kalinya setelah tahun 2014 dengan skor agregat 3-2. Kemenangan ini serasa istimewa bagi Juru Taktik Atletico, Diego Simeone.

Pasalnya sejak Barcelona ditangani Luis Enrique dalam 6 pertemuan antara keduanya, Simeone selalu kalah. Dengan kemenangan 2-0 yang diraih Atletico menandai rekor head to head menjadi 6-1, namun kemengan ini serasa istimewa karena Simeone berhasil mengantarkan Atletico melaju ke semifinal UCL 2015/16. Prediksi saya sejak awal Atletico memang saya unggulkan lolos dari pada Barcelona. Alasanya adalah:

1. Strategi Enrique yang monoton. Seolah menggambarkan Enrique tidak mempunyai formula lain dalam menentukan starting elevennya. Pemain-pemain seperti Alves, Pique, Mascherano, Alba, Sergio, Rakitic, Iniesta, Neymar, Messi, Suatez selalu menjadi andalan. Kecuali posisi kiper yang sering dirotasi. Dalam kekalahan 2-0 tersebut, Barca tidak mempunyai inisiatif serangan ketika terjadi deadlock.

Barca terlalu santai dalam menguasai bola, bola hanya berputar-putar ke kiri, kanan, ke depan gagal kembali lagi ke belakang. Posisi Alba menjadi titik lemah barca, Alba sering kali meninggalkan posnya. Sehingga dimanfaat Atletico untuk menyerang sisi kiri pertahanan Barca. Bahkan gol pertama Atletico yang dicetak Griezmann buah blunder dari Alba yang bermaksud membuang bola ke depan namun justru jatuh di kaki pemain Atletico.

2. Penurunan Performa. Sejak Barca kalah di laga elclasico yang berkesudahan 2-1 untuk kemangan Madrid. Barca menunjukkan penurunan performa. Bahkan kemenangan Barca 2-1 lawan Atletico pada first leg adalah keberuntungan semata karena Atletico bermain dengan 10 pemain akibat kartu merah yang diderita Fernando Torres.

Selanjutnya barca kalah 1-0 lawan Sociedad, faktornya pun sama kurangnya variasi permainan. Dibandingkan musim lalu, Barca tidak hanya mengandalkan umpan-umpan pendek khasnya tapi juga direct football yang mematikan dengan trusula MSNnya. Dan pada puncaknya, laga melawan Atletico yang berkesudahan 2-0. Sergio Busquest seringkali salah umpan sering bermain-main dengan bola.

3. Faktor Psikologis pemain. Simeone adalah pelatih yang jenius memompa semangat para pemainnya, sedangkan Enrique cenderung kalem. Hal ini berefek pada performa Lionel Messi ataupun Neymar. Dua pemain ini adalah kunci permainan Barca. Kasus pajak yang menimpa keduanya membuat permainannya menurun dibandingkan musim lalu.

4. Lionel Messi sentris. Ketika Messi loyo sudah dapat dipastikan Barca pun loyo. Hal ini terbukti pada 3 laga terakhir dimana Messi yang diharapkan mencetak gol ke 500nya justru mandul.

5. Kurangnya pelapis yang sepadan. Lini tengah menjadi lini yang sering dirubah Enrique. Formasi Sergio, Rakitic, Inista selalu menjadi andalan. Namun ketika salah satunya diganti, seperti Arda Turan, Sergi Roberto ataupun Rafinha kurang sepadan jika hatus menggantikan salah satu dari ketiganya. Bahkan Rafinha yang baru pulih dari cedera lutut harus menepi lagi akibat cedera.

Begitu pula dengan posisi bek tengah, Vermaelen dan Mathieu cedera. Akibatnya, hanya Marc Bartra yang menjadi pelapis. Tentu saja kualitasnya jauh dibawah bek-bek yang dimiliki Barca.

6. Enrique pelatih penakut. Dalam keadaan imbang atau Barca unggul tipis, Enrique tidak berani mengganti pemain yang sebenarnya sudah kelelahan di lapangan.

Well, Barca perlu berbenah musim depan jika ingin tetap mengarungi liga yang semakin kompetitif. Selamat kepada Atletico atas kelolosanya. Wasit tidak perlu dijadikan kambing hitam, toh keputusan-keputusannya berimbang antara keduanya. Always respect and Visca Barca.