Pages

Kamis, 14 April 2016

Diego Simeone's Winning


Vicente Calderon menjadi saksi perjuangan Atletico Madrid lolos ke Semifinal UEFA Champions League 2015/16 setelah mengandaskan Barcelona untuk yang kedua kalinya setelah tahun 2014 dengan skor agregat 3-2. Kemenangan ini serasa istimewa bagi Juru Taktik Atletico, Diego Simeone.

Pasalnya sejak Barcelona ditangani Luis Enrique dalam 6 pertemuan antara keduanya, Simeone selalu kalah. Dengan kemenangan 2-0 yang diraih Atletico menandai rekor head to head menjadi 6-1, namun kemengan ini serasa istimewa karena Simeone berhasil mengantarkan Atletico melaju ke semifinal UCL 2015/16. Prediksi saya sejak awal Atletico memang saya unggulkan lolos dari pada Barcelona. Alasanya adalah:

1. Strategi Enrique yang monoton. Seolah menggambarkan Enrique tidak mempunyai formula lain dalam menentukan starting elevennya. Pemain-pemain seperti Alves, Pique, Mascherano, Alba, Sergio, Rakitic, Iniesta, Neymar, Messi, Suatez selalu menjadi andalan. Kecuali posisi kiper yang sering dirotasi. Dalam kekalahan 2-0 tersebut, Barca tidak mempunyai inisiatif serangan ketika terjadi deadlock.

Barca terlalu santai dalam menguasai bola, bola hanya berputar-putar ke kiri, kanan, ke depan gagal kembali lagi ke belakang. Posisi Alba menjadi titik lemah barca, Alba sering kali meninggalkan posnya. Sehingga dimanfaat Atletico untuk menyerang sisi kiri pertahanan Barca. Bahkan gol pertama Atletico yang dicetak Griezmann buah blunder dari Alba yang bermaksud membuang bola ke depan namun justru jatuh di kaki pemain Atletico.

2. Penurunan Performa. Sejak Barca kalah di laga elclasico yang berkesudahan 2-1 untuk kemangan Madrid. Barca menunjukkan penurunan performa. Bahkan kemenangan Barca 2-1 lawan Atletico pada first leg adalah keberuntungan semata karena Atletico bermain dengan 10 pemain akibat kartu merah yang diderita Fernando Torres.

Selanjutnya barca kalah 1-0 lawan Sociedad, faktornya pun sama kurangnya variasi permainan. Dibandingkan musim lalu, Barca tidak hanya mengandalkan umpan-umpan pendek khasnya tapi juga direct football yang mematikan dengan trusula MSNnya. Dan pada puncaknya, laga melawan Atletico yang berkesudahan 2-0. Sergio Busquest seringkali salah umpan sering bermain-main dengan bola.

3. Faktor Psikologis pemain. Simeone adalah pelatih yang jenius memompa semangat para pemainnya, sedangkan Enrique cenderung kalem. Hal ini berefek pada performa Lionel Messi ataupun Neymar. Dua pemain ini adalah kunci permainan Barca. Kasus pajak yang menimpa keduanya membuat permainannya menurun dibandingkan musim lalu.

4. Lionel Messi sentris. Ketika Messi loyo sudah dapat dipastikan Barca pun loyo. Hal ini terbukti pada 3 laga terakhir dimana Messi yang diharapkan mencetak gol ke 500nya justru mandul.

5. Kurangnya pelapis yang sepadan. Lini tengah menjadi lini yang sering dirubah Enrique. Formasi Sergio, Rakitic, Inista selalu menjadi andalan. Namun ketika salah satunya diganti, seperti Arda Turan, Sergi Roberto ataupun Rafinha kurang sepadan jika hatus menggantikan salah satu dari ketiganya. Bahkan Rafinha yang baru pulih dari cedera lutut harus menepi lagi akibat cedera.

Begitu pula dengan posisi bek tengah, Vermaelen dan Mathieu cedera. Akibatnya, hanya Marc Bartra yang menjadi pelapis. Tentu saja kualitasnya jauh dibawah bek-bek yang dimiliki Barca.

6. Enrique pelatih penakut. Dalam keadaan imbang atau Barca unggul tipis, Enrique tidak berani mengganti pemain yang sebenarnya sudah kelelahan di lapangan.

Well, Barca perlu berbenah musim depan jika ingin tetap mengarungi liga yang semakin kompetitif. Selamat kepada Atletico atas kelolosanya. Wasit tidak perlu dijadikan kambing hitam, toh keputusan-keputusannya berimbang antara keduanya. Always respect and Visca Barca.

0 komentar:

Posting Komentar