BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Teori-teori
belajar bermunculan seiring dengan perkembangan teori psikologi. Salah satu
diantara teori belajar yang terkenal adalah teori belajar behaviorisme dengan
tokohnya B.F. Skinner, Thorndike, Watson dan lain-lain. Dikatakan bahwa,
teori-teori belajar hasil eksperimen mereka secara prinsipal bersifat
behavioristik dalam arti lebih menekankan timbulnya perilaku jasmaniah yang
nyata dan dapat diukur.
Namun
seiring dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan, teori tersebut
mempunyai beberapa kelemahan, yang menuntut adanya pemikiran teori belajar yang
baru. Dikatakan bahwa, teori-teori behaviorisme itu bersifat otomatis-mekanis
dalam menghubungkan stimulus dan respon, sehingga terkesan seperti kinerja
mesin atau robot, padahal setiap manusia memiliki kemampuan mengarahkan diri (self-direction)
dan pengendalian diri (self control) yang bersifat kognitif, dan
karenanya ia bisa menolak respon jika ia tidak menghendaki, misalnya karena
lelah atau berlawanan dengan kata hati, dan proses belajar manusia yang
dianalogikan dengan perilaku hewan itu sangat sulit diterima, mengingat
mencoloknya perbedaan karakter fisik dan psikis antara manusia dan hewan. Hal
ini dapat diidentifikasi sebagai kelemahan teori behaviorisme.
Dari
kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam teori behaviorisme dapat diambil suatu
pertanyaan, “Upaya apa yang akan dilakukan oleh para ahli psikologi
pendidikan dalam mengatasi kelemahan teori tersebut ?’’Realitas ini
sangat penting untuk dibahas dalam makalah ini.
Untuk itu
pembahasan makalah ini diangkat untuk mengungkap masalah-masalah tersebut.
Berdasarkan tulisan-tulisan dalam berbagai literatur, ditemukan bahwa para ahli
telah menemukan teori baru tentang belajar yaitu teori belajar kognitif yang
lebih mampu meyakinkan dan menyumbangkan pemikiran besar demi perkembangan dan
kemajuan proses belajar sebagai lanjutan dari teori behaviorisme
tersebut.
B.
Rumusan
masalah
1.
Bagaimana
sejarah munculnya psikologi kognitif?
2.
Apa definisi dari psikologi kognitif?
3.
Bagaimana
tahap-tahap perkembangan psikologi kognitif menurut Jean Piaget?
4.
Bagaimana
konsep dasar psikologi kognitif, prinsip dasar psikologi kognitif serta
implikasi psikologi kognitif dalam
pembelajaran?
C.
Tujuan
penulisan
1.
Untuk
mengetahui sejarah munculnya psikologi kognitif.
2.
Untuk
mengetahui definisi dari psikologi kognitif.
3.
Untuk
mengetahui tahap-tahap perkembangan psikologi kognitif menurut Jean Piaget.
4.
Untuk
mengetahui konsep dasar psikologi kognitif, prinsip dasar psikologi kognitif
serta implikasi psikologi kognitif dalam pembelajaran.
D.
Manfa’at
penulisan
Pembuatan
makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran pemahaman mengenai Psikologi
Kognitif dan bagaimana sejarah serta isi atau teori-teori yang terkandung dalam
tema makalah ini, yaitu psikologi kognitif. Sehingga manfaat dari penulisan
makalah ini selain untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Psikologi
Umum 1, makalah ini juga bisa dijadikan acuan materi bagi mahasiswa Psikologi
dalam menghadapi ujian akhir semester 1 yang insyaAllah akan dilaksanakan akhir
bulan ini. Serta, melalui proses menulis ini kami menjadi lebih paham mengenai
materi yang diberikan khususnya materi Psikologi Kognitif ini. Apalagi
mahasiswa diberikan kebebasan untuk mengexplore lewat buku referensi dan
internet seperti google, dan blog. Bagi dosen pribadi makalah ini dapat menjadi
acuan untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa kelas Psikologi B akan
materi yang diberikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
munculnya psikologi kognitif
Ø Yunani kuno sd.
abad 18
Sejarah dari psikologi kognitif berawal pada
saat Plato (428-348 SM) dan muridnya Aristoteles (384-322 SM)
memperdebatkan mengenai cara manusia memahami pengetahuan maupun dunia serta
alamnya. Plato berpendapat
bahwa manusia memperoleh pengetahuan dengan cara menalar secara logis, aliran
ini disebut sebagai rasionalis. Lain halnya dengan Aristoteles yang menganut paham empiris dan mempercayai
bahwa manusia memperoleh pengetahuannya melalui bukti-bukti empiris.
Perdebatan ini masih berlangsung seperti
pertentangan Rasionalis dari Perancis Rene Descartes (1596-1650),
dan Empiris dari Inggris John Locke (1632-1704),
dengan tabularasa-nya. Seorang fisuf Jerman Immanuel Kant, pada abad 18
berargumentasi bahwa baik rasionalisme maupun empirisme harus bersinergi dalam
membuktikan pengetahuan. Perdebatan ini meletakkan landasan dan memengaruhi
cara berpikir di bidang ilmu psikologi maupun cabang
ilmu lainnya. Saat ini ilmu pengetahun mendasarkan paham empiris untuk
pencarian data dan pengolahan dan analisis data menggunakan kerangka pikir
rasionalis.
Ø Abad 19 dan 20
Wilhelm Wundt (1832-1920) seorang
psikolog dari Jerman mengajukan ide untuk mempelajari pengalaman sensorik
melalui introspeksi. Dalam mempelajari proses perpindahan informasi atau
berpikir, maka informasi tersebut harus dibagi dalam struktur berpikir yang
lebih kecil. Aliran strukturisme Wundt berfokus pada proses berpikir, namun
aliran fungsionalisme berpendapat bahwa penting bagi manusia untuk tahu apa dan
mengapa mereka melakukan sesuatu. William James (1842-1910) seorang
pragmatisme-fungsionalisme melontarkan gagasan mengenai atensi, kesadaran serta persepsi.
Setelah itu
munculah aliran asosiasi (Edward Lee Thorndike, 1874-1949) yang mulai menggunakan stimulus
dan diikuti dengan aliran behaviorisme yang memasangkan antara stimulus dan
respon dalam proses belajar. Pendekatan behaviorisme radikal yang
dibawakan oleh B.F. Skinner (1904-1990)
menyatakan bahwa semua tingkah laku manusia untuk belajar, perolehan bahasa
bahkan penyelesaian masalah dapat dijelaskan dengan penguatan antara stimulus
dan respon melalui hadiah dan hukuman.
Namun
pendekatan behaviorisme belum dapat menjawab alasan perilaku manusia yang berbeda
misalnya melakukan perencanaan, pilihan dan sebagainya. Edward Tolman (1886-1959) percaya bahwa semua tingkah laku
ditujukan pada suatu tujuan. Menggunakan eksperimen dengan tikus yang mencari
makanan dalam maze, percobaan ini membuktikan bahwa terdapat skema atau
peta dalam kognisi tikus. Hal ini membuktikan bahwa tingkah laku melibatkan
proses kognisi. Oleh karena itu beberapa pihak mengakui Edward Tolman
sebagai Bapak Psikologi Kognitif Modern.
Selain Tolman, Albert Bandura (1925- ) juga
mengkritik behaviorisme dengan menyatakan bahwa belajar pun dapat diperoleh
melalui lingkungan sosial dari individu. Dalam perolehan bahasa, Noam Chomsky (1928- )
-seorang linguis- juga mengkritik behaviorisme dengan menyatakan bahwa otak
manusia dibekali dengan kemampuan untuk mengenali dan memproduksi bahasa.
B.
Definisi psikologi kognitif
Psikologi kognitif adalah kajian studi
ilmiah mengenai proses-proses mental atau pikiran. Proses ini meliputi
bagaimana informasi diperoleh, dipresentasikan dan ditransfermasikan sebagai
pengetahuan. Pengetahuan itu dimunculkan kembali sebagai petunjuk dalam sikap
dan perilaku manusia. Atau dalam definisi lain, Psikologi kognitif
adalah salah satu cabang dari psikologi dengan pendekatan kognitif untuk memahami perilaku manusia. Psikologi kognitif mempelajari
tentang cara manusia menerima, mempersepsi, mempelajari, menalar, mengingat dan
berpikir tentang suatu informasi.
Oleh karena itu, psikologi kognitif juga disebut psikologi pemrosesan
informasi.
Pakar psikologi Swiss terkenal yaitu Jean Piaget (1896-1980), mengatakan
bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin
bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan
baru, karena informasi tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia.
Dalam pandangan
Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu
pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia kita diterima oleh
pikiran, kita melakukan pengorganisasian pengalaman-pengalaman yang telah
terjadi. Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu
asimiliasi dan akomodasi.
Asimilasi
terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan
mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu
menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Seorang anak 7
tahun dihadapkan dengan palu dan paku untuk memasang gambar di dinding. Ia
mengetahui dari pengamatan bahwa palu adalah obyek yang harus dipegang dan
diayunkan untuk memukul paku. Dengan mengenal kedua benda ini, ia menyesuaikan
pemikirannya dengan pemikiran yang sudah ada (asimilasi). Akan tetapi karena
palu terlalu berat dan ia mengayunkannya dengan keras maka paku tersebut
bengkok, sehingga ia kemudian mengatur tekanan pukulannya. Penyesuaian
kemampuan untuk sedikit mengubah konsep disebut akomodasi.
C.
Tahap-tahap
psikologi kognitif menurut Jean Piaget
·
Biografi
Jean Piaget
Jean Piaget [ʒɑ̃ pjaˈʒɛ]
(lahir di Neuchâtel, Swiss, 9 Agustus 1896 – meninggal 16 September 1980 pada
umur 84 tahun) adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan Swiss,
yang terkenal karena hasil penelitiannya tentang anak-anak dan teori
perkembangan kognitifnya. Menurut Ernst von Glasersfeld, Jean Piaget adalah
juga “perintis besar dalam teori konstruktivis tentang pengetahuan”. Karya
Piaget pun banyak dikutip dalam pembahasan mengenai psikologi kognitif.
Piaget dilahirkan di Neuchâtel di wilayah Swiss yang berahasa
Perancis. Ayahnya, Arthur Piaget, adalah seorang profesor dalam sastra Abad
Pertengahan di Universitas Neuchâtel. Piaget adalah seorang anak yang terlalu
cepat menjadi matang, yang mengembangkan minatnya dalam biologi dan dunia
pengetahuan alam, khususnya tentang moluska (kerang-kerangan), dan bahkan
menerbitkan sejumlah makalah sebelum ia lulus dari SMA. Malah, kariernya yang
panjang dalam penelitian ilmiah dimulai ketika ia baru berusia 11 tahun, dengan
diterbitkannya sebuah makalah pendek pada 1907 tentang burung gereja albino.
Sepanjang kariernya, Piaget menulis lebih dari 60 buah buku dan ratusan
artikel.
Piaget memperoleh gelar Ph.D. dalam ilmu alamiah dari Universitas
Neuchâtel, dan juga belajar sebentar di Universitas Zürich. Selama masa ini, ia
menerbitkan dua makalah filsafat yang memperlihatkan arah pemikirannya pada
saat itu, tetapi yang belakangan ditolaknya karena dianggapnya sebagai karya
tulis seorang remaja. Minatnya terhadap psikoanalisis, sebuah aliran pemikiran
psikologi yang berkembang pada saat itu, juga dapat dicatat mulai muncul pada
periode ini.
Belakangan ia pindah dari Swiss ke Grange-aux-Belles, Perancis, dan
di sana ia mengajar di sekolah untuk anak-anak lelaki yang dikelola oleh Alfred
Binet, pengembang tes intelegensia Binet. Ketika ia menolong menandai beberapa
contoh dari tes-tes intelegensia inilah Piaget memperhatikan bahwa anak-anak
kecil terus-menerus memberikan jawaban yang salah untuk pertanyaan-pertanyaan
tertentu. Piaget tidak terlalu memperhatikan pada jawaban-jawaban yang keliru
itu, melainkan pada kenyataan bahwa anak-anak yang kecil itu terus-menerus
membuat kesalahan dalam pola yang sama, yang tidak dilakukan oleh anak-anak
yang lebih besar dan orang dewasa. Hal ini menyebabkan Piaget mengajukan teori
bahwa pemikiran atau proses kognitif anak-anak yang lebih kecil pada dasarnya
berbeda dengan orang-orang dewasa. (Belakangan, ia mengajukan teori global
tentang tahap-tahap perkembangan yang menyatakan bahwa setiap orang
memperlihatkan pola-pola kognisi umum yang khas dalam setiap tahap
perkembangannya). Pada 1921, Piaget kembali ke Swiss sebagai direktur Institut
Rousseau di Jenewa.
Pada 1923, ia menikah dengan Valentine Châtenay, salah seorang
mahasiswinya. Pasangan ini memperoleh tiga orang anak, yang dipelajari oleh
Piaget sejak masa bayinya. Pada 1929, Jean Piaget menerima jabatan sebagai
Direktur Biro Pendidikan Internasional, yang tetap dipegangnya hingga 1968.
Setiap tahun, ia menyusun "Pidato Direktur"nya untuk Dewan BPI itu
dan untuk Konferensi Internasional tentang Pendidikan Umum, dan di dalamnya ia
secara eksplisit mengungkapkan keyakinan pendidikannya.
·
Tahap-tahap
perkembangan psikologi kognitif
Piaget menjabat sebagai profesor psikologi di Universitas Geneva
dari 1929 hingga 1980 dan ia paling terkenal karena menyusun kembali teori perkembangan
kognitif ke dalam serangkaian tahap, memperluas karya sebelumnya dari James
Mark Baldwin, menjadi empat tahap perkembangan yang lebih kurang sama dengan:
1.
masa
infancy
2.
pra-sekolah
3.
anak-anak
dan
4.
remaja
Masing-masing tahap ini dicirikan oleh struktur kognitif umum yang
memengaruhi semua pemikiran si anak (suatu pandangan strukturalis yang
dipengaruhi oleh filsuf Immanuel Kant). Masing-masing tahap mewakili pemahaman
sang anak tentang realitas pada masa itu, dan masing-masing kecuali yang
terakhir adalah suatu perkiraan (approximation) tentang realitas yang tidak
memadai. Jadi, perkembangan dari satu tahap ke tahap yang lainnya disebabkan
oleh akumulasi kesalahan di dalam pemahaman sang anak tentang lingkungannya,
akumulasi ini pada akhirnya menyebabkan suatu tingkat ketidakseimbangan
kognitif yang perlu ditata ulang oleh struktur pemikiran.
Piaget
mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam memahami
dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir
yang berbeda. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:
1.
Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage) usia 0
– 2 tahun,
Pada tahap ini, anak belum
mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal
yang ditangkap dengan indranya. Karena bayi lahir dengan refleks bawaan
kemudian seiring dengan pertumbuhan mereka skema dimodifikasi dan digabungkan
untuk membentuk tingkah laku yang lebih kompleks. Ketika bayi, anak-anak tidak
dapat membedakan antara dirinya dan dunianya serta tidak memiliki pemahaman
tentang kepermanenan objek. Menjelang akhir periode sensorimotor, anak mulai
bisa membedakan antara dirinya dan dunia sekitarnya dan menyadari bahwa objek
tersebut ada dari waktu ke waktu.
Tahap sesorimotor ini
terbagi atas beberapa sub-tahapan:
a)
Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan
refleks.
b)
Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan
munculnya kebiasaan-kebiasaan.
c)
Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama
dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
d)
Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan
sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai
sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut
berbeda (permanensi objek).
e)
Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas
sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara
baru untuk mencapai tujuan.
f)
Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
2.
Tahap pra operasional (preoperational stage), yang terjadi
dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak
mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul
pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif.
Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk
membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif oranglain dengan kata
lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya.
Animisme adalah keyakinan bahwa obyek yang
tidak bergerak memiliki kualiatas semacam kehidupan dan dapat bertindak.
Seperti sorang anak yang mengatakan, “Pohon itu bergoyang-goyang mendorong
daunnya dan daunnya jatuh.”
Sedangkan Intuitif adalah anak-anak mulai
menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban atas semua bentuk
pertanyaan. Mereka mengatakan mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa
menggunakan pemikiran rasional.
3.
Tahap operasional konkrit (concrete operational
stage),
yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget.
Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran
intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang spesifik
atau konkrit.
4.
Tahap operasional formal (formal operational
stage),
yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan
terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata,
pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.
Sebagai pemikiran yang abstrak, remaja
mengembangkan gambaran keadaan yang ideal. Mereka dapat berpikir seperti apakah
orangtua yang ideal dan membandingkan orangtua mereka dengan standar ideal yang
mereka miliki. Mereka mulai mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan bagi masa
depan dan terkagum-kagum terhadap apa yang mereka lakukan.
Perlu diingat, bahwa pada setiap tahap tidak
bisa berpindah ke ketahap berikutnya bila tahap sebelumnya belum selesai dan
setiap umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap
tertentu karena tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang
bersangkutan. Bisa saja seorang anak akan mengalami tahap praoperasional lebih
lama dari pada anak yang lainnya sehingga umur bukanlah patokan utama.
D.
Konsep dasar psikologi kognitif
Ada dua konsep dasar psikologi kognitif, yaitu kognisi dan pendekatan
kognitif.
1.
Kognisi
Dalam istilah kognisi, maka psikologi kognitif dipandang sebagai cabang
psikologi yang mempelajari proses-proses mental atau aktivitas pikiran manusia,
misalnya proses-proses persepsi, ingatan, bahasa, penalaran dan pemecahan
masalah.
Contoh-contoh yang berkaitan dengan informasi:
Proses-Proses persepsi
Ada seorang karyawan baru yang bekerja di suatu perusahaan yang tingkat
profesionalismenya kurang. Di situ, baik karyawan yang rajin maupun yang malas
mendapat gaji yang sama. Setelah lama beradaptasi di kantor itu, karyawan baru
tersebut memiliki persepsi bahwa dia tidak perlu bekerja dengan sungguh-sungguh
karena tidak akan berpengaruh pada gajinya.
Ingatan
Kemampuan mengingat informasi dari membaca tentunya akan lebih lama dari hanya
sekedar mendengar. Karena dengan membaca, pikiran atau otak kita akan bekerja
lebih keras untuk memahami dan menyimpan informasi tersebut. Sedangkan dengan
mendengar, kita hanya mengandalkan telinga, asalkan kita hafal. Bahkan
kadang-kadang tanpa pemahaman.
Bahasa
Informasi akan lebih mudah kita pahami dan kita mengerti, apabila bahasa
yang digunakan sesuai dengan bahasa kita, maka informasi itu akan lebih
maksimal kita gunakan. Karena otak atau pikiran kita mampu mencernaa inti
informasi tersebut.
Penalaran
Seseorang yang memiliki penalaran secara baik akan dapat memperoleh
informasi yang berkaitan dengan masalah tersebut, tidak hanya dari satu sisi
saja. Tapi dapat diperoleh dari bagian lain, karena suatu masalah biasanya yang
hanya memiliki indikasi.
Persoalan
Sikap dan perilaku manusia dapat mencerminkan masalah yang sedang dihadapi.
Sikap dan perilaku ini, apabila digabungkan dengan informasi yang sudah ada,
maka dapat menciptakan suatu solusi.
2.
Pendekatan Kognisi
Sebagai suatu pendekatan maka psikologi kognitif dapat dipandang sebagai
cara tertentu di dalam mendekati berbagai fenomena psikologi manusia. Konsep
ini menekankan pada peran-peran persepsi, pengetahuan, ingatan, dan
proses-proses berpikir bagi perilaku manusia.
Contoh yang berkaitan dengan informasi:
ü Peran-Peran persepsi
Orang yang berpersepsi atau berpikir bahwa kegagalan adalah sukses yang
tertunda, dia akan selalu berusaha untuk mencoba lagi, walaupun dia ridak tahu
kapan dia akan berhasil. Karena dipikirannya semakin dia mencoba, semakin
banyak informasi yang didapat, maka tingkat kesalahan dapat diminimalisir atau
dihindari. Hal ini menjadikannya sebagai pribadi yang sabar dan ulet.
ü Pengetahuan
Orang yang banyak pengetahuan, biasanya lebih mengerti dan dapat mengelola informasi
dengan cepat, karena dia tahu bagaimana cara mendapatkan informasi yang cepat,
tepat, murah dan efisien.
ü Proses-Proses Berpikir
Jenjang pendidikan, lingkungan sekitar serta cara hidup mempengaruhi
proses-proses dan pola berpikir kita. Orang yang berpendidikan tinggi, hidup di
lingkungan berpendidikan dan cara hidup yang modern, biasanya akan mencari
suatu informasi dengan cara yang berbasis teknologi yang lebih cepat dan
praktis. Ini karena mereka telah dibentuk menjadi pribadi yang modern dengan cara
berpikir yang cepat.
E.
Prinsip dasar psikologi kognitif
@ Belajar aktif
@ Belajar lewat interaksi sosial
@ Belajar lewat pengalaman sendiri
Teori psikologi kognitif berkembang dengan ditandai lahirnya teori Gestalt
(Mex Weithemer) yang menyatakan bahwa pengalaman itu berstruktur yang terbentuk
dalam suatu keseluruan.
Ada 2 hukum wajib dalam teori Gestalt:
Pragnaz (kejelasan)
Closure (totalitas)
Konsep yang penting dalam teori ini, yaitu: pengamatan atau pemahaman
mendadak terhadap hubungan antara bagian-bagian didalam suatu masalah.
Teori belajar Cognitive-Field dari Lewin
Bertolak pada teori Gestalt, Lewin mengembangkan teori belajar berdasarkan
Life Space (dunia psikologis dari kehidupan individu). Masing-masing individu
berada didalam medan kekuatan psikologis, medan itu dinamakan Life Space yang
terdiri dari dua unsur yaitu kepribadian dan psikologi sosial.
Ia menyatakan bahwa tingkah laku belajar merupakan usaha untuk mengadakan
reorganisasi atau restruktur (dari isi jiwa). Tingkah laku merupakan hasil dari
interaksi antar kekuatan baik dari dalam (tujuan, kebutuhan, tekanan batin, dan
sebagainya) maupun dari luar (tantangan, permasalahan).
Cognitive Development (Jean Piaget)
Dalam teorinya, ia memandang bahwa proses berpikir sebgai aktivitas gradual
dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Ia memakai istilah scheme
: pola tingkah laku yang dapat diulang. Yang berhubungan dengan:
Reflex pembawaan (bernapas, makan, minum)
Scheme mental (pola tigkah laku yang sulit diamati, dan yang dapat diamati)
Pembelajaran Menurut JA Brunner (Discovery Learning)
Teori Brunner menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif dalam
belajar dikelas. Maksud dari Discovery Learning yaitu peserta didik
mengorganisasikan metode penyajian bahwa dengan cara dimana anak dapat
mempelajari bahan itu, sesuai dengan tingkat kemampuan anak.
Selain ketiga tokoh tersebut Ausubel juga merpengaruh dalam psikologi
kognitif. Dia mengungkapkan teori ekspository teaching, yaitu dapat
diorganisasikan atau disajikan secara baik agar dapat mengahasilkan pengertian
dan resensi yang baik pula sama dengan discovery learning.
F.
Implikasi psikologi kognitif dalam pembelajaran
Implikasi teori kognitif piaget dalam pembelajaran adalah:
1.
Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu
guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir anak.
2.
Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik.
3.
Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak
asing.
4.
Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5.
Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara
dan diskusi dengan teman-temannya.
6.
Pengaplikasian teori kognitif dalam belajar bergantung pada akomodasi.
Kepada siswa harus diberikan suatu area yang belum diketahui agar ia dapat
belajar, karena ia tidak dapat belajar dari apa yang telah diketahui saja.
Dengan adanya area baru, siswa akan mengadakan usaha untuk dapat
mengakomodasikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Sejarah dari psikologi kognitif berawal pada
saat Plato (428-348 SM) dan muridnya Aristoteles (384-322 SM)
memperdebatkan mengenai cara manusia memahami pengetahuan maupun dunia serta
alamnya, hingga berkembang menjadi perdebatan-perdebatan yang akhirnya
muncullah teori psikologi kognitif.
2.
Psikologi
kognitif adalah salah satu cabang dari psikologi dengan pendekatan kognitif untuk memahami perilaku manusia. Psikologi kognitif mempelajari
tentang cara manusia menerima, mempersepsi, mempelajari, menalar, mengingat dan
berpikir tentang suatu informasi atau dalam definisi lain Psikologi kognitif adalah kajian studi
ilmiah mengenai proses-proses mental atau pikiran. Proses ini meliputi
bagaimana informasi diperoleh, dipresentasikan dan ditransfermasikan sebagai
pengetahuan. Pengetahuan itu dimunculkan kembali sebagai petunjuk dalam sikap
dan perilaku manusia.
3.
Tahap-tahap
perkembangan psikologi kognitif: Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), Tahap pra
operasional (preoperational stage), Tahap operasional konkrit (concrete
operational stage), Tahap operasional konkrit (concrete operational
stage).
4.
Konsep dasar psikologi kognitif: Kognisi, Pendekatan Kognisi.
5.
Prinsip dasar psikologi kognitif: @ Belajar aktif, @ Belajar lewat interaksi sosial, @ Belajar lewat pengalaman
sendiri.
6.
Implikasi psikologi kognitif dalam pembelajaran:
Implikasi teori kognitif piaget
dalam pembelajaran adalah:
? Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa.
? Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik.
? Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak
asing.
? Berikan peluang agar anak
belajar sesuai tahap perkembangannya.
? Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara
dan diskusi dengan teman-temannya.
? Pengaplikasian teori kognitif dalam belajar bergantung pada akomodasi.
Kepada siswa harus diberikan suatu area
yang belum diketahui agar ia dapat belajar, karena ia tidak dapat belajar dari
apa yang telah diketahui saja. Dengan adanya area baru, siswa akan mengadakan
usaha untuk dapat mengakomodasikan.
A.
Saran
Banyak orang
beranggapan kalau mempelajari psikologi atau belajar tentang psikologi itu
susah, tapi kalau kita berkeyakinan dan bertekad untuk bisa dengan dibarengi do’a
dan ikhtiar insyaALLAH Allah akan memudahkan langkah kita semua. Dan jangan
lupa untuk sekedar menengok makalah yang sederhana ini, insyaALLAH bermanfa’at
untuk ujian akhir semester nanti. Don’t give up to be the best. Ujian akhir
semester bukan akhir dari segalanya, yang terpenting adalah berapa banyak ilmu
yang kita dapat bukan berapa banyak nilai yang kita dapat.
POSTED
BY: ARSHO PC
0 komentar:
Posting Komentar